Gedang Kulud temppoe dulue
DESA KU GEDANG KULUT GRESIK
Kamis, 29 Oktober 2015
Rabu, 02 April 2014
Selasa, 27 Agustus 2013
Kamis, 07 Maret 2013
TIRAI PESANTREN
DONASIKAN SEBAGIAN RIZKI ANDA UNTUK PEMBANGUNAN PONPES
DARUL UBUDIYAH TERONG BANGI GRESIK ,.
Berapapun Bantuan Andah SAngat Berguna Untuk Kemajuan Pendikan Pndok Pesantren
NO TLFN : 0812139490285
031 70641564
Istilah pesantren berasal dari kata pe-santri-an,
dimana kata "santri" berarti murid dalam Bahasa Jawa.
Istilah pondok berasal dari Bahasa Arab
funduuq (فندوق) yang berarti penginapan. definisi yang bisa
mewakilkan untuk terminologi pesantren dalam konotasi konvensional
dan kontemporer adalah suatu komunitas ulama/ kyai, guru, serta santri
atau murid, dalam lingkungannya yang berupa pesantren atau
asrama, masjid, atau gedung-gedung, sebagai tempat pendidikan
yang mengajarkan dan mengajarkan ajaran Islam. Sifat organisasi ini bila
permanen (dalam waktu relatif lama) atau insidental (sebentar)
seperti pesantren kilat, kehidupannya bersifat kolektif (menyatu seperti
keluarga), integritas pesantren dapat independen dan bisa dependen
serta menyatu dengan kehidupan sosial masyarakatnya.
Dari
pengertian di atas, pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Agama
Islam, dengan sistem asrama yang di dalamnya berisikan sekurang-kurangnya tiga
unsur pokok yaitu : kyai, sebagai pengasuh sekaligus pengajar, santri
yang belajar dan masjid sebagai tempat beribadah dan sentral kegiatan.
Untuk
memberi definisi sebuah pondok pesantren, harus kita melihat makna
perkataannya. Kata pondok berarti tempat yang dipakai untuk makan dan
istirahat. Istilah pondok dalam konteks dunia pesantren berasal dari pengertian
asrama-asrama bagi para santri. Perkataan pesantren berasal dari kata santri,
yang dengan awalan pe di depan dan akhiran an berarti tempat tinggal para
santri (Dhofier 1985:18). Maka pondok pesantren adalah asrama tempat tinggal
para santri. Menurut Wahid (2001:171), “pondok pesantren mirip dengan akademi
militer atau biara (monestory, convent) dalam arti bahwa mereka yang berada di
sana mengalami suatu kondisi totalitas.”
Sekarang di Indonesia ada ribuan lembaga pendidikan Islam terletak diseluruh nusantara dan dikenal sebagai dayah dan rangkang di Aceh, surau di Sumatra Barat, dan pondok pesantren di Jawa (Azra, 2001:70). Pondok pesantren di Jawa itu membentuk banyak macam-macam jenis. Perbedaan jenis-jenis pondok pesantren di Jawa dapat dilihat dari segi ilmu yang diajarkan, jumlah santri, pola kepemimpinan atau perkembangan ilmu teknologi. Namun demikian, ada unsur-unsur pokok pesantren yang harus dimiliki setiap pondok pesantren. (Hasyim, 1998:39) Unsur-unsur pokok pesantren, yaitu kyai. masjid, santri, pondok dan kitab Islam klasik (atau kitab kuning), adalah elemen unik yang membedakan sistem pendidikan pesantren dengan lembaga pendidikan lainnya.
Sekarang di Indonesia ada ribuan lembaga pendidikan Islam terletak diseluruh nusantara dan dikenal sebagai dayah dan rangkang di Aceh, surau di Sumatra Barat, dan pondok pesantren di Jawa (Azra, 2001:70). Pondok pesantren di Jawa itu membentuk banyak macam-macam jenis. Perbedaan jenis-jenis pondok pesantren di Jawa dapat dilihat dari segi ilmu yang diajarkan, jumlah santri, pola kepemimpinan atau perkembangan ilmu teknologi. Namun demikian, ada unsur-unsur pokok pesantren yang harus dimiliki setiap pondok pesantren. (Hasyim, 1998:39) Unsur-unsur pokok pesantren, yaitu kyai. masjid, santri, pondok dan kitab Islam klasik (atau kitab kuning), adalah elemen unik yang membedakan sistem pendidikan pesantren dengan lembaga pendidikan lainnya.
Kata pondok berasal
dari funduq (bahasa Arab) yang artinya ruang tidur, asrama atau wisma sederhana,
karena pondok memang sebagai tempat penampungan sederhana dari para
pelajar/santri yang jauh dari tempat asalnya (Zamahsyari Dhofir, 1982: 18). Kata
pondok berasal dari funduq (bahasa Arab) yang artinya ruang tidur, asrama atau
wisma sederhana, karena pondok memang sebagai tempat penampungan sederhana dari
para pelajar/santri yang jauh dari tempat asalnya (Zamahsyari Dhofir, 1982: 18)
Dalam istilah lain
dikatakan pesantren berasal dari kata pe-santri-an, dimana kata
"santri" berarti murid dalam Bahasa Jawa. Istilah pondok berasal dari
Bahasa Arab funduuq (فندوق) yang berarti penginapan. Khusus di Aceh, pesantren
disebut juga dengan nama dayah. Biasanya pesantren dipimpin oleh seorang Kyai.
Untuk mengatur kehidupan pondok pesantren, kyai menunjuk seorang santri senior
untuk mengatur adik-adik kelasnya, mereka biasanya disebut lurah pondok. Tujuan
para santri dipisahkan dari orang tua dan keluarga mereka adalah agar mereka
belajar hidup mandiri dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan dengan kyai dan
juga Tuhan.
Pendapat
lainnya, pesantren berasal dari kata santri yang dapat diartikan tempat santri.
Kata santri berasal dari kata Cantrik (bahasa Sansakerta, atau mungkin Jawa)
yang berarti orang yang selalu mengikuti guru, yang kemudian dikembangkan oleh
Perguruan Taman Siswa dalam sistem asrama yang disebut Pawiyatan. Istilah
santri juga dalam ada dalam bahasa Tamil, yang berarti guru mengaji, sedang C.
C Berg berpendapat bahwa istilah tersebut berasal dari istilah shastri, yang
dalam bahasa India berarti orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu atau
seorang sarjana ahli kitab suci agama Hindu. Terkadang juga dianggap sebagai
gabungan kata saint (manusia baik) dengan suku kata tra (suka menolong),
sehingga kata pesantren dapat berarti tempat pendidikan manusia baik-baik.
Dalam kamus besar
bahas Indonesia, pesantren diartikan sebagai asrama, tempat santri, atau tempat
murid-murid belajar mengaji. Sedangkan secara istilah pesantren adalah lembaga
pendidikan Islam, dimana para santri biasanya tinggal di pondok (asrama) dengan
materi pengajaran kitab-kitab klasik dan kitab-kitab umum, bertujuan untuk
menguasai ilmu agama Islam secara detail, serta mengamalkannya sebagai pedoman
hidup keseharian dengan menekankan pentingnya moral dalam kehidupan bermasyarakat.
Namun Pondok
pesantren secara definitif tidak dapat diberikan batasan yang tegas, melainkan
terkandung fleksibilitas pengertian yang memenuhi ciri-ciri yang memberikan
pengertian pondok pesantren.
SEJARAH
PONDOK PESANTREN
Pondok
Pesantren di Indonesia memiliki peran yang sangat besar, baik bagi kemajuan
Islam itu sendiri maupun bagi bangsa Indonesia secara keseluruhan. Berdasarkan
catatan yang ada, kegiatan pendidikan agama di Nusantara
telah dimulai sejak tahun 1596. Kegiatan agama inilah yang kemudain dikenal
dengan nama Pondok Pesantren. Bahkan dalam catatan Howard M. Federspiel-
salah seorang pengkaji ke-Islaman di Indonesia, menjelang abad ke-12
pusat-pusat studi di Aceh (pesantren disebut dengan nama Dayah di Aceh) dan
Palembang (Sumatera), di Jawa Timur dan di Gowa (Sulawesi) telah
menghasilkan tulisan-tulisan penting dan telah menarik santri untuk belajar (Hielmy, Irfan. Wancana Islam (ciamis:Pusat
Informasi Pesantren,2000), hal. 120)
Pendapat
kedua yang menyatakan bahwa system pondok pesantren merupakan tradisi dunia
Islam menghadirkan bukti bahwa di zaman Abasiah telah ada model pendidikan
pondokan. Muhammad Junus, misalnya mengemukakan bahwa model pembelajaran
individual seperti sorogan, serta system pengajaran yang dimulai dengan baljar
tata bahasa Arab ditemukan juga di Bagdad ketika menjadi pusat ibu kota
pemerintahan Islam. Begitu juga mengenai tradisi penyerahan tanah wakaf oleh
penguasa kepada tokoh religious untuk dijadikan pusat keagamaan.[3] MU YAPPI, Manajemen…, hal.28
Terlepas dari perbedaan para pakar mengenai asal
tradisinya, pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua di Indonesia. Bahkan
kita bisa mengatakan bahwa pesantren adalah warisan budaya para pendahulu. Jika
pun tradisi pesantren berasal dari Hindu-India atau Arab-Islam, bentuk serta
corak pesantren Indonesia memiliki ciri khusus yang dengannya kita bisa
menyatakan bahwa pesantren Indonesia adalah asli buatan Indonesia, indigenous.
Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa sejarah
pesantren setua sejarah penyebaran Islam di Indonesia. Kemudian yang menjadi
pertanyaan adalah siapa tokoh yang pertama kali mengakflikasikan system
pendidikan pesantren di Indonesia? Nama Maulana Malik Ibrahim pioneer Wali
Songo disebut sebagai tokoh pertama yang mendirikan pesantren.
Maulana Malik Ibrahim atau lebih terkenal sebagai
Sunan Gresik adalah seorang ulama kelahiran Samarkand, ayahnya Maulana Jumadil
Kubro keturunan kesepuluh dari Husein bin Ali. Pada tahun 1404 M, Maulana Malik
Ibrahim singgah di desa Leran Gresik Jawa Timur setelah sebelumnya tingal
selama 13 tahun di Champa.
Perjalanan Maulana Malik Ibrahin dari Champa ke
Jawa adalah untuk mendakwahkan agama Islam kepada para penduduknya. Di Jawa,
beliau memulai hidup dengan membuka warung yang menjual rupa-rupa makanan
dengan harga murah. Untuk melakukan proses pendekatan terhadap warga, Maulana
Malik Ibrahim juga membuka praktek ketabiban tanpa bayaran. Kedermawanan serta
kebaikan hati, pedagang pendatang ini membuat banyak warga bersimpati kemudian
menyatakan masuk Islam dan berguru ilmu agama kepadanya.
Pengikut Sunan Gresik semakin hari semakin
bertambah sehingga rumahnya tidak sanggup menampung murid-murid yang datang
untuk belajar ilmu agama Islam. Menyadari hal ini, Maulana Malik Ibrahim yang
juga dikenal sebagai Kakek Bantal mulai mendirikan bangunan untuk
murid-muridnya menuntut ilmu. Inilah yang menjadi cikal bakal pesantren di
Indonesia.[4] Budiono Hadi Sutrisno, Sejarah Walisongo, hal. 19-20
Meski begitu, tokoh yang dianggap berhasil
mendirikan dan mengembangkan pesantren dalam arti yang sesungguhnya adalah
Raden Rahmat atau Sunan Ampel. Ia mendirikan pesantren pertama di Kembang
Kuning kemudian pindah ke Ampel Denta, Surabaya dan mendirikan pesantren kedua
di sana.[5] H. Rohadi dkk, Rekontruksi…, hal.14
Dari pesantren Ampel Denta ini lahir
santri-santri yang kemudian mendirikan pesantren di daerah lain, diantaranya
adalah Syekh Ainul Yakin yang mendirikan pesantren di desa Sidomukti, Selatan
Gresik dan Maulana makdum Ibrahim yang mendirikan pesantren di Tuban.
Terdapat kesepakatan diantara ahli sejarah Islam
yg menyatakan bahwa pendiri pesantren pertama adalah dari kalangan Walisongo,
namun terdapat perbedaan pendapat mengenai siapa dari mereka yg pertama kali
mendirikannya. Ada yg mengganggap bahwa Maulana Malik Ibrahim-lah pendiri
pesantren pertama, adapula yg menganggap Sunan Ampel, bahkan ada pula yg
menyatakan pendiri pesantren pertama adalah Sunan Gunung Jati Syarif
Hidayatullah. Akan tetapi pendapat terkuat adalah pendapat pertama.
Sedang mengenai pendapat yg menyatakan pesantren paling tua adalah pesantren Tegalsari Ponorogo maka hal tersebut tidak sampai menafikan hal yg kami sebutkan diatas. Karena yg dimaksud adalah pendirian dan pelembagaan pesantren pertama kali.
Wali Songo
Peran dan pengaruh pesantren pada masa ini sangatlah kuat. Dimulai dengan Maulana Malik ibrahim, beliau mendirikan pesantren guna mempersiapkan kader-kader terdidik untuk melanjutkan perjuangan menyebarkan agama islam.
Kemudian datang Sunan Ampel atau Raden Rahmat ia mendirikan pesantren di daerah rawa-rawa pemberian Majapahit. Pesantren tersebut merupakan sentra pendidikan yg sangat berpengaruh di nusantara bahkan mancanegara. Diantara murid-murid beliau adalah Sunan Giri yg mendirikan pesantren Giri Kedaton, beliau juga merupakan penasehat dan panglima militer ketika Raden Patah melepaskan diri dari Majapahit. Keahlian beliau dalam fiqh menyebabkan beliau diangkat menjadi mufti setanah jawa.
Diantara murid beliau adalah Raden Patah raja pertama kerajaan demak yg juga putra raja terakhir Majapahit Prabu Brawijaya v. Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa yg dibimbing oleh para Walisongo. Pada masa Raden Patah pula kerajaan Demak mengirimkan ekspedisi ke Malaka yg dipimpim Adipati Unus untuk merebut selat Malaka dari tangan Belanda.
Dan jika kita teliti tentang sisilsilah ilmu para Walisongo, kita akan menemukan bahwa kebanyakan sisilsilahnya akan sampai pada Sunan Ampel. Sebut saja Sunan Kalijaga, belia adalah murid Sunan Bonang yg merupakan Putra Sunan Ampel. Begitu pula Sunan Kudus yg banyak menuntut ilmu dari Sunan Kalijaga. Mereka semua ini punya jasa yg sangat dalam penyebaran agama islam.
Begitulah pesantren pada masa Walisongo, ia digunakan sebagai tempat menimba ilmu sekaligus untuk menempa para santri guna menyebarluaskan ajaran agama Islam, mendidik kader-kader pendakwah guna disebarkan keseluruh nusantara. Dan hasilnya bisa kita lihat sendiri, Islam menjadi agama mayoritas di Indonesia dan bahkan bukan hanya itu jumlah pengikutnya adalah yg terbanyak di dunia.
Setelah itu muncul pula pesantren-pesantren lain yg mengajarkan ilmu agama diberbagai bidang berdasarkan kitab-kitab salaf.
Sedang mengenai pendapat yg menyatakan pesantren paling tua adalah pesantren Tegalsari Ponorogo maka hal tersebut tidak sampai menafikan hal yg kami sebutkan diatas. Karena yg dimaksud adalah pendirian dan pelembagaan pesantren pertama kali.
Wali Songo
Peran dan pengaruh pesantren pada masa ini sangatlah kuat. Dimulai dengan Maulana Malik ibrahim, beliau mendirikan pesantren guna mempersiapkan kader-kader terdidik untuk melanjutkan perjuangan menyebarkan agama islam.
Kemudian datang Sunan Ampel atau Raden Rahmat ia mendirikan pesantren di daerah rawa-rawa pemberian Majapahit. Pesantren tersebut merupakan sentra pendidikan yg sangat berpengaruh di nusantara bahkan mancanegara. Diantara murid-murid beliau adalah Sunan Giri yg mendirikan pesantren Giri Kedaton, beliau juga merupakan penasehat dan panglima militer ketika Raden Patah melepaskan diri dari Majapahit. Keahlian beliau dalam fiqh menyebabkan beliau diangkat menjadi mufti setanah jawa.
Diantara murid beliau adalah Raden Patah raja pertama kerajaan demak yg juga putra raja terakhir Majapahit Prabu Brawijaya v. Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa yg dibimbing oleh para Walisongo. Pada masa Raden Patah pula kerajaan Demak mengirimkan ekspedisi ke Malaka yg dipimpim Adipati Unus untuk merebut selat Malaka dari tangan Belanda.
Dan jika kita teliti tentang sisilsilah ilmu para Walisongo, kita akan menemukan bahwa kebanyakan sisilsilahnya akan sampai pada Sunan Ampel. Sebut saja Sunan Kalijaga, belia adalah murid Sunan Bonang yg merupakan Putra Sunan Ampel. Begitu pula Sunan Kudus yg banyak menuntut ilmu dari Sunan Kalijaga. Mereka semua ini punya jasa yg sangat dalam penyebaran agama islam.
Begitulah pesantren pada masa Walisongo, ia digunakan sebagai tempat menimba ilmu sekaligus untuk menempa para santri guna menyebarluaskan ajaran agama Islam, mendidik kader-kader pendakwah guna disebarkan keseluruh nusantara. Dan hasilnya bisa kita lihat sendiri, Islam menjadi agama mayoritas di Indonesia dan bahkan bukan hanya itu jumlah pengikutnya adalah yg terbanyak di dunia.
Setelah itu muncul pula pesantren-pesantren lain yg mengajarkan ilmu agama diberbagai bidang berdasarkan kitab-kitab salaf.
Pesantren Dimasa Penjajahan
Pada masa penjajan belanda pesantren mengalami ujian dan cobaan dari Allah, pesantren harus berhadapan dengan dengan Belanda yg sangat membatasi ruang gerak pesantren dikarenakan kekuatiran Belanda akan hilangnya kekuasaan mereka.
Sejak perjanjian Giyanti, pendidikan dan perkembangan pesantren dibatasi oleh Belanda. Belanda bahkan menetapkan resolusi pada tahun 1825 yg membatasi jumlah jamaah haji. Selain itu belanda juga membatasi kontak atau hubungan orang islam indonesia dengan negara-negara islam yg lain. Hal-hal ini akhirnya membuat pertumbuhan dan pekembangan Islam menjadi tersendat.
Perlu diketahui, bahwa walaupun Walisongo berhasil mengislamisai sebagian besar wilayah nusantara, namun banyak atau bahkan sebagian besar dari mereka keislamannya belum sempurna. Hal ini dapat dibuktikan dalam masa sekarangpun terdapat masyarakat yg rajin sholat puasa dan sebagainya akan tetapi mereka masih mempercayai kepercayaan mistik animisme warisan nenek moyang mereka. Sebagian lagi dari mereka cuma mengenal islam melalui sholat puasa, larangan memakan daging babi, tradisi sunat saja tanpa mengenal yg lainnya. Dan pada masa penjajahan belanda proses kelanjutan dari pengislaman ini terhambat dan tersendat oleh ulah penjajah Belanda.
Sebagai respon atas penindasan belanda, kaum santri pun mengadakan perlawanan. Menurut Clifford Geertz, antara 1820-1880, telah terjadi pemberontakan besar kaum santri di indonesia yaitu :
1. Pemberontakan kaum padri di sumatra dipimpin oleh Imam Bonjol
2. Pemberontakan Diponegoro di Jawa
3. Pemberontakan Banten akibat aksi tanam paksa yg dilakukan belanda
4. Pemberontakan di Aceh yg dipimpin antara lain oleh Teuku Umar dan Teuku Ciktidiro
Pada akhir abad ke19 segera setelah Belanda mencabut resolusi yg membatasi jamaah haji, jumlah peserta jamaah haji pun membludak. Hal ini menyebabkan tersedianya guru-guru pengajar islam dalam jumlah yg berlipat-lipat yg dengan demikian ikut meningkatkan jumlah pesantren. Karena seperti hal yg kita ketahui, para jamaah haji pada waktu itu selain berniat untuk haji mereka juga sekalian untuk menuntut ilmu, dan ketika mereka kembali ke Indonesia mereka mengembangkan ilmunya dan menyebarkuaskanya.
Pada masa inilah banyak muncul ulama-ulama indonesia yg berkualitas internasional seperti Syekh Ahmad Khatib Assambasi, Syekh Nawawi Albantani, Syeh Mahfudz At-Tarmisi, Syeh Abdul Karim dll. Yang kepada mereka lah intisab keilmuan kyai-kyai Indonesia bertemu.
Snouck Hurgronje
Awal abad 20 atas usul Snouck Hurgronje Belanda membuka sekolah-sekolah bersistem pendidikan barat guna menyaingi pesantren. Tujuannya adalah untuk memperluas pengaruh pemerintahan Belanda dengan asumsi masa depan penjajahan Belanda bergantung pada penyatuan wilayah tersebut dengan kebudayaan Belanda. Sekolah-sekolah ini hanya diperuntukkan bagi kalangan ningrat dan priyayi saja dengan tujuan westernisasi kalangan ningrat dan priyayi secara umum. Kelak sebagai akibat dari sekolah model belanda ini adalah munculnya golongan nasionalis sekuler yg kebanyakan bersal dari kalangan priyayi.
Sebagai respon atas usaha Belanda tersebut para kyai pun mendirikan sistem madrasah yg diadopsi dari madrasah-madrasah yg mereka temukan ketika menuntut ilmu di makkah. Selain itu pesantren juga mulai mengajarkan ilmu-ilmu umum seperti matematika, ilmu bumi, bahasa Indonesia, bahkan bahasa Belanda, yg dipelopori oleh pesantren Tebu Ireng pada tahun 1920. Selain itu para kyai juga mulai membuka pesantren-pesantren khusus bagi kaum wanita.
Hasilnya sungguh memuaskan pondok pesantren semakin diminati. Dalam tahun 1920-1930 jumlahpesantren dan santri-santrinya melonjak berlipat ganda dari ratusan menjadi ribuan santri.
Pada kurun waktu awal 1900-san inilah lahir organisasi-organisasi islam yg didirikan kalangan santri. Sebut saja SI yg didirikan Hos Cokroaminoto dan H Samanhudi, NU yg didirikan KH Hasyim Asy’ari, Muhammadiyyah yg dirikan KH Ahmad Dahlan, PERSIS (persatuan islam) dll. Yg kesemuanya berjuang menegakkan agama Islam dan berusaha membebaskan Indonesia dari cengkeraman Belanda.
KH Wahab Chasbullah dan KH Bisri Syamsuri
Pada masa penjajahan Jepang untuk menyatukan langkah, visi dan misi demi meraih tujuan, organisasi-organisasi terse
but melebur menjadi satu dengan nama Masyumi (majlis syuro muslimin indonesia).
Pada masa Jepang ini pula kita saksikan perjuangan KH Hasyim Asy’ari beserta kalangan santri menentang kebijakan kufur Jepang yg memerintahkan setiap orang pada jam 07:00 untuk menghadap arah Tokyo menghormati kaisar Jepang yg dianggap keturunan dewa matahari sehingga beliau ditangkap dan dipenjara 8 bulan.
Menjelang kemerdekaan kaum santri pun terlibat dalam penyusunan undang-undang dan anggaran dasar relublik Indonesia yg diantaranya melahirkan piagam Jakarta. Namun oleh golongan nasioalis sekuler piagam jakarta tersebut dihilangkan sehingga kandaslah impian mendirikan negara Islam Indonesia.
Periode kemerdekaan
Pada masa awal-awal kemerdekaan kalangan santri turut berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. KH Hasyim Asyari waktu itu mengeluarkan fatwa wajib hukumnya mempertahankan kemerdekaan
Fatwa tersebut disambut positif oleh umat islam sehingga membuat arek-arek Surabaya dengan dikomandoi Bung Tomo dengan semboyan “Allahhu akbar!! Merdeka atau mati” tidak gentar menghadapi Inggris dengan segala persenjataanya pada tanggal 10 November. Deperkirakan 10000 orang tewas pada waktu itu namun hasilnya, Inggris gagal menduduki Surabaya.
KH. Hasyim Asy'ari
Setelah perang kemerdekaan pesantren mengalami ujian kembali dikarenakan pemerintahan sekuler Soekarno melakukan penyeragaman atau pemusatan pendidikan nasional yg tentu saja masih menganut sistem barat ala Snouck Hurgronje.
Akibatnya pengaruh pesantren pun mulai menurun, jumlah pesantren berkurang, hanya pesantren besar yg mampu bertahan. Hal ini dikarenakan pemerintah mengembangkan sekolah umum sebanyak-banyaknya. Berbeda pada masa Belanda yg terkhusus untuk kalangan tertentu saja dan disamping itu jabatan-jabatan dalam administrasi modern hanya terbuka luas bagi orang-orang bersekolah disekolah tersebut.
Pada pada Soekarno pula pesantren harus berhadapan dengan kaum komunis. Banyak sekali pertikain ditingkat bawah yg melibatkan kalangan santri dan kaum komunis. Sampai pada puncaknya setelah peristiwa G30s PKI, kalangan santri bersama TNI dan segenap komponen yg menentang komunisme memberangus habis komunisme di indonesia. Diperkirakan 500000rb nyawa komunis melayang akibat peristiwa ini, kepala seorang komunis dipajang disepanjang rel kereta api malang. Peristiwa ini bisa dibilang merupakan chaos paling berdarah di replubik ini namun hasilnya komunisme akhirnya lenyap dari Indonesia.
Biarpun demikian dengan jasa yg demikian besarnya pemerintahan Soeharto seolah tidak mengakui jasa pesantren. Soeharto masih meneruskan lakon pendahulunya yg tidak mengakui pendidikan ala pesantren. Kalangan santri dianggap manusia kelas dua yg tidak dapat melanjutkan pendidikannya keperguruan tinggi dan tidak bisa diterima menjadi pegawai-pegawai pemerintah. Agaknya hal ini memang sengaja direncanakan secara sistematis untuk menjauhkan orang-orang islam dari struktur pemerintahan guna melanggengkan ideologi sekuler.
Namun demikian pesantren pada kedua orde tersebut tetap mampu menelorkan orang-orang hebat yg menjadi orang-orang penting di negara kita seperti KH Wahid Hasyim, M Nastir, Buya Hamka, Mukti Ali, KH Saifuddin Zuhri dll.
Periode Reformasi Sampai Sekarang
Akibat kebijakan rusak Soeharto pemerintahan pun dipenuhi orang-orang abangan yg tak tahu agama sehingga terjadilah korupsi, kolusi, dan berbagai macam bentuk kerusakan lainnya. Selain itu politik “keseimbangan” yg diterapkannya menyebabkan pesantren yg kebanyakan milik NU kehilangan perannya di lingkungan pemerintahan. Pemerintah lebih suka memilih Muhammdiyyah yg merupakan rival NU untuk menempati beberapa pos penting pemerintahan.
Partai-partai peserta pemilu 2009
Pada era reformasi yg diantara diprakarsai oleh Gus Dur dan Amien Rais dari kalangan NU dan Muhammdiyyah, kaum santri mulai bangkit. Partai-partai yg berbasis santri pun bermunculan. NU yg tidak puas atas hegemoni orang luar NU di PPP mendirikan PKB. Kalangan yg tidak puas dengan PKB mendirikan PKU, PNU sampai yg terakhir PKNU. Dari muhammdiyyah lahir PAN dan PBB. Muncul pula PKS yg banyak terinspirasi gerakan dakwah Ikhwanul Muslimin yg belakangan mencuri perhatian. Namun sayangnya mengapa umat islam bisa dengan mudahnya terpecah belah.Pada masa ini pula muncul untuk pertama kalinya presiden dari alumni pesantren yakni Gus Dur. Namun karena kesekuleranya yg tak jauh beda dari pendahulunya serta sikapnya yg kontroversial menyebabkan ia ditinggalkan kyai-kyai yg mendukungnya. Mulai banyak muncul pula dari alumni pesantren yg mempunyai posisi penting seperti Saefullah Yusuf, Hidayat Nur Wahid, Said Agil Siraj, dan tak lupa syaikhuna KH Maemun Zubair.
Pada masa ini pesantren kembali mengalami ujian berat. Ketika merebak isu terorisme, pesantren mendapat tuduhan sebagai sarang teroris. Pemerintah pun mulai menekan dan mengawasi pesantren dengan menyebar agen intelejennya. Seiring berlalunya waktu tuduhan itu pun mulai menguap lenyap. Namun ujian yg paling berat dan berbahaya adalah dengan menjamurnya virus sipilis (sekulerisme, pluralisme, dan liberalisme) yg justru diusung dan digembar-gemborkan orang-orang dari pesantren sendiri. Akibatnya banyak pondok pesantren yg mulai tertular virus tersebut. Semoga allah melindungi kita dari paham-paham sesat tersebut!
Kemudian pada masa ini pula pemerintah mulai mengakui keberadaan pesantren. Terbitnya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) telah menghapus diskriminasi terhadap pendidikan keagamaan yang berlangsung selama ini.
Generasi penerus tradisi pesantrenNamun sayangnya ini semua sepertinya cuma akal-akalan pemerintah yg notabene anak buah Amerika untuk menyetel dan mengendalikan pesantren. Demi mendapat pengakuan pemerintah, pesantren diharuskan terikat dengan berbagai regulasi teknis dan ketentuan administratif. Seperti misalnya, pesantren diharuskan mengikuti SNP (standar nasional pendidikan) yg meliputi; standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Begitu juga mengenai kurikulum dimana pesantren diwajibkan memasukkan muatan pendidikan kewarganegaraan, bahasa Indonesia, matematika, dan ilmu pengetahuan alam, ditambah pendidikan seni dan budaya. Sebenarnya tidak ada masalah dengan mata pelajaran tersebut namun yg jadi masalah adalah mereka mencekokkan mata pelajaran tersebut dengan tujuan sedikit-demi sedikit menggeser dan membelokkan pesantren dari pelajaran-pelajaran agama bermaterikan kitab-kitab salaf.
Walhasil kalangan pesantren diharapkan waspada akan gejala ini, karena seperti halnya Amerika berusaha mengintervensi kurikulum Al-Azhar Mesir, begitu pula yg terjadi disini. Selamanya pemerintahan yg sekuler tidak akan tulus membantu mengembangkan ajaran islam. “Fa anta ta’rifu kaidal khoshmi wal-hakami” engkau mengetahui tipu daya musuh dan pemerintah, begitulah bunyi penggalan bait nadzom Burdah.
Pada masa penjajan belanda pesantren mengalami ujian dan cobaan dari Allah, pesantren harus berhadapan dengan dengan Belanda yg sangat membatasi ruang gerak pesantren dikarenakan kekuatiran Belanda akan hilangnya kekuasaan mereka.
Sejak perjanjian Giyanti, pendidikan dan perkembangan pesantren dibatasi oleh Belanda. Belanda bahkan menetapkan resolusi pada tahun 1825 yg membatasi jumlah jamaah haji. Selain itu belanda juga membatasi kontak atau hubungan orang islam indonesia dengan negara-negara islam yg lain. Hal-hal ini akhirnya membuat pertumbuhan dan pekembangan Islam menjadi tersendat.
Perlu diketahui, bahwa walaupun Walisongo berhasil mengislamisai sebagian besar wilayah nusantara, namun banyak atau bahkan sebagian besar dari mereka keislamannya belum sempurna. Hal ini dapat dibuktikan dalam masa sekarangpun terdapat masyarakat yg rajin sholat puasa dan sebagainya akan tetapi mereka masih mempercayai kepercayaan mistik animisme warisan nenek moyang mereka. Sebagian lagi dari mereka cuma mengenal islam melalui sholat puasa, larangan memakan daging babi, tradisi sunat saja tanpa mengenal yg lainnya. Dan pada masa penjajahan belanda proses kelanjutan dari pengislaman ini terhambat dan tersendat oleh ulah penjajah Belanda.
Sebagai respon atas penindasan belanda, kaum santri pun mengadakan perlawanan. Menurut Clifford Geertz, antara 1820-1880, telah terjadi pemberontakan besar kaum santri di indonesia yaitu :
1. Pemberontakan kaum padri di sumatra dipimpin oleh Imam Bonjol
2. Pemberontakan Diponegoro di Jawa
3. Pemberontakan Banten akibat aksi tanam paksa yg dilakukan belanda
4. Pemberontakan di Aceh yg dipimpin antara lain oleh Teuku Umar dan Teuku Ciktidiro
Pada akhir abad ke19 segera setelah Belanda mencabut resolusi yg membatasi jamaah haji, jumlah peserta jamaah haji pun membludak. Hal ini menyebabkan tersedianya guru-guru pengajar islam dalam jumlah yg berlipat-lipat yg dengan demikian ikut meningkatkan jumlah pesantren. Karena seperti hal yg kita ketahui, para jamaah haji pada waktu itu selain berniat untuk haji mereka juga sekalian untuk menuntut ilmu, dan ketika mereka kembali ke Indonesia mereka mengembangkan ilmunya dan menyebarkuaskanya.
Pada masa inilah banyak muncul ulama-ulama indonesia yg berkualitas internasional seperti Syekh Ahmad Khatib Assambasi, Syekh Nawawi Albantani, Syeh Mahfudz At-Tarmisi, Syeh Abdul Karim dll. Yang kepada mereka lah intisab keilmuan kyai-kyai Indonesia bertemu.
Snouck Hurgronje
Awal abad 20 atas usul Snouck Hurgronje Belanda membuka sekolah-sekolah bersistem pendidikan barat guna menyaingi pesantren. Tujuannya adalah untuk memperluas pengaruh pemerintahan Belanda dengan asumsi masa depan penjajahan Belanda bergantung pada penyatuan wilayah tersebut dengan kebudayaan Belanda. Sekolah-sekolah ini hanya diperuntukkan bagi kalangan ningrat dan priyayi saja dengan tujuan westernisasi kalangan ningrat dan priyayi secara umum. Kelak sebagai akibat dari sekolah model belanda ini adalah munculnya golongan nasionalis sekuler yg kebanyakan bersal dari kalangan priyayi.
Sebagai respon atas usaha Belanda tersebut para kyai pun mendirikan sistem madrasah yg diadopsi dari madrasah-madrasah yg mereka temukan ketika menuntut ilmu di makkah. Selain itu pesantren juga mulai mengajarkan ilmu-ilmu umum seperti matematika, ilmu bumi, bahasa Indonesia, bahkan bahasa Belanda, yg dipelopori oleh pesantren Tebu Ireng pada tahun 1920. Selain itu para kyai juga mulai membuka pesantren-pesantren khusus bagi kaum wanita.
Hasilnya sungguh memuaskan pondok pesantren semakin diminati. Dalam tahun 1920-1930 jumlahpesantren dan santri-santrinya melonjak berlipat ganda dari ratusan menjadi ribuan santri.
Pada kurun waktu awal 1900-san inilah lahir organisasi-organisasi islam yg didirikan kalangan santri. Sebut saja SI yg didirikan Hos Cokroaminoto dan H Samanhudi, NU yg didirikan KH Hasyim Asy’ari, Muhammadiyyah yg dirikan KH Ahmad Dahlan, PERSIS (persatuan islam) dll. Yg kesemuanya berjuang menegakkan agama Islam dan berusaha membebaskan Indonesia dari cengkeraman Belanda.
KH Wahab Chasbullah dan KH Bisri Syamsuri
Pada masa penjajahan Jepang untuk menyatukan langkah, visi dan misi demi meraih tujuan, organisasi-organisasi terse
but melebur menjadi satu dengan nama Masyumi (majlis syuro muslimin indonesia).
Pada masa Jepang ini pula kita saksikan perjuangan KH Hasyim Asy’ari beserta kalangan santri menentang kebijakan kufur Jepang yg memerintahkan setiap orang pada jam 07:00 untuk menghadap arah Tokyo menghormati kaisar Jepang yg dianggap keturunan dewa matahari sehingga beliau ditangkap dan dipenjara 8 bulan.
Menjelang kemerdekaan kaum santri pun terlibat dalam penyusunan undang-undang dan anggaran dasar relublik Indonesia yg diantaranya melahirkan piagam Jakarta. Namun oleh golongan nasioalis sekuler piagam jakarta tersebut dihilangkan sehingga kandaslah impian mendirikan negara Islam Indonesia.
Periode kemerdekaan
Pada masa awal-awal kemerdekaan kalangan santri turut berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. KH Hasyim Asyari waktu itu mengeluarkan fatwa wajib hukumnya mempertahankan kemerdekaan
Fatwa tersebut disambut positif oleh umat islam sehingga membuat arek-arek Surabaya dengan dikomandoi Bung Tomo dengan semboyan “Allahhu akbar!! Merdeka atau mati” tidak gentar menghadapi Inggris dengan segala persenjataanya pada tanggal 10 November. Deperkirakan 10000 orang tewas pada waktu itu namun hasilnya, Inggris gagal menduduki Surabaya.
KH. Hasyim Asy'ari
Setelah perang kemerdekaan pesantren mengalami ujian kembali dikarenakan pemerintahan sekuler Soekarno melakukan penyeragaman atau pemusatan pendidikan nasional yg tentu saja masih menganut sistem barat ala Snouck Hurgronje.
Akibatnya pengaruh pesantren pun mulai menurun, jumlah pesantren berkurang, hanya pesantren besar yg mampu bertahan. Hal ini dikarenakan pemerintah mengembangkan sekolah umum sebanyak-banyaknya. Berbeda pada masa Belanda yg terkhusus untuk kalangan tertentu saja dan disamping itu jabatan-jabatan dalam administrasi modern hanya terbuka luas bagi orang-orang bersekolah disekolah tersebut.
Pada pada Soekarno pula pesantren harus berhadapan dengan kaum komunis. Banyak sekali pertikain ditingkat bawah yg melibatkan kalangan santri dan kaum komunis. Sampai pada puncaknya setelah peristiwa G30s PKI, kalangan santri bersama TNI dan segenap komponen yg menentang komunisme memberangus habis komunisme di indonesia. Diperkirakan 500000rb nyawa komunis melayang akibat peristiwa ini, kepala seorang komunis dipajang disepanjang rel kereta api malang. Peristiwa ini bisa dibilang merupakan chaos paling berdarah di replubik ini namun hasilnya komunisme akhirnya lenyap dari Indonesia.
Biarpun demikian dengan jasa yg demikian besarnya pemerintahan Soeharto seolah tidak mengakui jasa pesantren. Soeharto masih meneruskan lakon pendahulunya yg tidak mengakui pendidikan ala pesantren. Kalangan santri dianggap manusia kelas dua yg tidak dapat melanjutkan pendidikannya keperguruan tinggi dan tidak bisa diterima menjadi pegawai-pegawai pemerintah. Agaknya hal ini memang sengaja direncanakan secara sistematis untuk menjauhkan orang-orang islam dari struktur pemerintahan guna melanggengkan ideologi sekuler.
Namun demikian pesantren pada kedua orde tersebut tetap mampu menelorkan orang-orang hebat yg menjadi orang-orang penting di negara kita seperti KH Wahid Hasyim, M Nastir, Buya Hamka, Mukti Ali, KH Saifuddin Zuhri dll.
Periode Reformasi Sampai Sekarang
Akibat kebijakan rusak Soeharto pemerintahan pun dipenuhi orang-orang abangan yg tak tahu agama sehingga terjadilah korupsi, kolusi, dan berbagai macam bentuk kerusakan lainnya. Selain itu politik “keseimbangan” yg diterapkannya menyebabkan pesantren yg kebanyakan milik NU kehilangan perannya di lingkungan pemerintahan. Pemerintah lebih suka memilih Muhammdiyyah yg merupakan rival NU untuk menempati beberapa pos penting pemerintahan.
Partai-partai peserta pemilu 2009
Pada era reformasi yg diantara diprakarsai oleh Gus Dur dan Amien Rais dari kalangan NU dan Muhammdiyyah, kaum santri mulai bangkit. Partai-partai yg berbasis santri pun bermunculan. NU yg tidak puas atas hegemoni orang luar NU di PPP mendirikan PKB. Kalangan yg tidak puas dengan PKB mendirikan PKU, PNU sampai yg terakhir PKNU. Dari muhammdiyyah lahir PAN dan PBB. Muncul pula PKS yg banyak terinspirasi gerakan dakwah Ikhwanul Muslimin yg belakangan mencuri perhatian. Namun sayangnya mengapa umat islam bisa dengan mudahnya terpecah belah.Pada masa ini pula muncul untuk pertama kalinya presiden dari alumni pesantren yakni Gus Dur. Namun karena kesekuleranya yg tak jauh beda dari pendahulunya serta sikapnya yg kontroversial menyebabkan ia ditinggalkan kyai-kyai yg mendukungnya. Mulai banyak muncul pula dari alumni pesantren yg mempunyai posisi penting seperti Saefullah Yusuf, Hidayat Nur Wahid, Said Agil Siraj, dan tak lupa syaikhuna KH Maemun Zubair.
Pada masa ini pesantren kembali mengalami ujian berat. Ketika merebak isu terorisme, pesantren mendapat tuduhan sebagai sarang teroris. Pemerintah pun mulai menekan dan mengawasi pesantren dengan menyebar agen intelejennya. Seiring berlalunya waktu tuduhan itu pun mulai menguap lenyap. Namun ujian yg paling berat dan berbahaya adalah dengan menjamurnya virus sipilis (sekulerisme, pluralisme, dan liberalisme) yg justru diusung dan digembar-gemborkan orang-orang dari pesantren sendiri. Akibatnya banyak pondok pesantren yg mulai tertular virus tersebut. Semoga allah melindungi kita dari paham-paham sesat tersebut!
Kemudian pada masa ini pula pemerintah mulai mengakui keberadaan pesantren. Terbitnya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) telah menghapus diskriminasi terhadap pendidikan keagamaan yang berlangsung selama ini.
Generasi penerus tradisi pesantrenNamun sayangnya ini semua sepertinya cuma akal-akalan pemerintah yg notabene anak buah Amerika untuk menyetel dan mengendalikan pesantren. Demi mendapat pengakuan pemerintah, pesantren diharuskan terikat dengan berbagai regulasi teknis dan ketentuan administratif. Seperti misalnya, pesantren diharuskan mengikuti SNP (standar nasional pendidikan) yg meliputi; standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Begitu juga mengenai kurikulum dimana pesantren diwajibkan memasukkan muatan pendidikan kewarganegaraan, bahasa Indonesia, matematika, dan ilmu pengetahuan alam, ditambah pendidikan seni dan budaya. Sebenarnya tidak ada masalah dengan mata pelajaran tersebut namun yg jadi masalah adalah mereka mencekokkan mata pelajaran tersebut dengan tujuan sedikit-demi sedikit menggeser dan membelokkan pesantren dari pelajaran-pelajaran agama bermaterikan kitab-kitab salaf.
Walhasil kalangan pesantren diharapkan waspada akan gejala ini, karena seperti halnya Amerika berusaha mengintervensi kurikulum Al-Azhar Mesir, begitu pula yg terjadi disini. Selamanya pemerintahan yg sekuler tidak akan tulus membantu mengembangkan ajaran islam. “Fa anta ta’rifu kaidal khoshmi wal-hakami” engkau mengetahui tipu daya musuh dan pemerintah, begitulah bunyi penggalan bait nadzom Burdah.
Sejauh ini tidak ada catatan yang jelas kapankah
pesantren yang pertama kali berdiri. Mastuhu memperkirakan pesantren telah ada
sejak 300-400 tahun yang lalu (1994:20). Sementara itu Departemen Agama,
memberikan keterangan bahwa pesantren pertama didirikan pada tahun 1062 dengan
nama pesantren Jan Tampes 2 di Pamekasan Madura. Dan ada yang menyebutkan
pesantren pertama didirikan oleh Raden Rahmat pada abad 15 M.
(www.almihrab.com)Dengan melihat terminologinya, kita bisa mengatakan bahwa
pendidikan pesantren berasal dari India. Secara historis pun bisa dilacak bahwa
sistem pendidikan yang mirip dengan pesantren telah ada sebelum Islam masuk ke
Nusantara ini. Sistem pendidikan tersebut dipergunakan untuk mendidik dan
mengajarkan agama Hindu di Jawa. Kemudian setelah Islam masuk dan tersebar di
Indonesia, sistem pendidikan tersebut digunakan pula untuk membina kader-kader
Islam. Dari sana bisa diduga bahwa secara kurikulum pesantren awal hanya
merupakan bentuk penyesuaian orientasi keagamaan dari Hindu menjadi Islam saja.
Jika di masa kerajaan Hindu, padepokan berfungsi untuk mencetak begawan dan
resi, maka setelah masuknya Islam pesantren bertujuan untuk mengajarkan
pengetahuan keislaman, sehingga lahirlah wali-wali yang berjasa besar dalam
menyebarkan Islam di Nusantara.Apabila melihat corak keislaman, pesantren awal
cenderung kepada pengajaran Islam dengan corak fiqh-tasawwuf. Realitas ini
cukup bisa dilihat dengan fenomena thariqah yang pada umumnya berbasis di
pesantren tradisional hingga saat ini. Keunggulan corak ini pesantren di masa
awal tidak mengalami persinggungan dengan kekuasaan. Akibat yang langsung bisa
dilihat, agama Islam berkembang pesat tanpa ada halangan yang berarti dari
penguasa saat itu.
Pada abad ke 19 Masehi, muncul pengaruh Salafiyah di Indonesia. Sebagai akibat dari pengaruh ini, di Minangkabau terjadi peperangan antara kaum paderi dengan kaum adat. Belanda mengambil kesempatan dengan adanya peperangan ini dan berpihak kepada kaum adat. Sementara itu, di jawa berdiri beberapa organisasi seperti Muhammadiyah dan Persis. Seiring dengan perkembangan Islam di Nusantara corak tersebut secara pelan mengalami pergeseran. Di awal abad 20 misalnya, Gontor mempelopori berdirinya pesantren yang menekankan aspek kaderisasi pendidikan Islam. Di pesantren ini santri dibekali dengan dasar-dasar ilmu agama dan berbagai ketrampilan hidup sehingga kelak ia bisa membina masyarakat. Metode pengajaran pun dimodernisasi sedemikian rupa.
Sampai akhir abad 20, sistem pendidikan pesantren terus mengalami perkembangan. Pesantren tidak lagi hanya mengajarkan ilmu agama tetapi juga mengajarkan ilmu-ilmu umum. Selain itu juga muncul pesantren-pesantren yang mengkhususkan ilmu-ilmu tertentu, seperti khusus untuk tahfidz al-Qur'an, iptek, ketrampilan atau kaderisasi gerakanPerkembangan model pendidikan di pesantren ini juga didukung dengan perkembangan elemen-elemennya. Jika pesantren awal cukup dengan masjid dan asrama, pesantren modern memiliki kelas-kelas, dan bahkan sarana dan prasarana yang cukup canggih.
Pada abad ke 19 Masehi, muncul pengaruh Salafiyah di Indonesia. Sebagai akibat dari pengaruh ini, di Minangkabau terjadi peperangan antara kaum paderi dengan kaum adat. Belanda mengambil kesempatan dengan adanya peperangan ini dan berpihak kepada kaum adat. Sementara itu, di jawa berdiri beberapa organisasi seperti Muhammadiyah dan Persis. Seiring dengan perkembangan Islam di Nusantara corak tersebut secara pelan mengalami pergeseran. Di awal abad 20 misalnya, Gontor mempelopori berdirinya pesantren yang menekankan aspek kaderisasi pendidikan Islam. Di pesantren ini santri dibekali dengan dasar-dasar ilmu agama dan berbagai ketrampilan hidup sehingga kelak ia bisa membina masyarakat. Metode pengajaran pun dimodernisasi sedemikian rupa.
Sampai akhir abad 20, sistem pendidikan pesantren terus mengalami perkembangan. Pesantren tidak lagi hanya mengajarkan ilmu agama tetapi juga mengajarkan ilmu-ilmu umum. Selain itu juga muncul pesantren-pesantren yang mengkhususkan ilmu-ilmu tertentu, seperti khusus untuk tahfidz al-Qur'an, iptek, ketrampilan atau kaderisasi gerakanPerkembangan model pendidikan di pesantren ini juga didukung dengan perkembangan elemen-elemennya. Jika pesantren awal cukup dengan masjid dan asrama, pesantren modern memiliki kelas-kelas, dan bahkan sarana dan prasarana yang cukup canggih.
UNSUR-UNSUR PESANTREN
Unsur dan Komponen Pondok Pesantren
Dalam lembaga pendidikan Islam yang disebut pesantren sekurang-kurangnya ada unsur-unsur: kiai yang mengajar dan mendidik serta jadi panutan, santri yang belajar kepada kiai, masjid sebagai tempat penyelenggaraan pendidikan dan sholat jamaah, dan asrama tempat tinggal santri. Sementara itu menurut Zamakhsyari Dhofier ada lima elemen utama pesantren yaitu pondok, masjid, pengajian kitab-kitab klasik, santri dan kiai.
Unsur-unsur pondok pesantren tersebut sebagaimana berikut:
a. Pondok
Menurut Hasbullah bahwa perkembangan pondok pesantren bukanlah semata-mata dimaksudkan sebagai tempat tinggal atau asrama para santri untuk mengikuti pelajaran yang diberikan oleh kiai, tetapi juga sebagai latihan bagi santri yang bersangkutan agar mampu hidup mandiri dalam masyarakat. Dalam dalam perkembangan selanjutnya, terutama masa sekarang tampaknya lebih menonjol fungsinya sebagai tempat pemondokan atau asrama, dan setiap santri dikenakan semacam sewa atau iuran untuk pemeliharaan pondok tersebut.
Ada beberapa alasan mengapa harus menyediakan asrama atau tempat bagi santri, antara lain adalah :
1. Kemasyhuran seorang kiai dan kedalaman pengetahuannya tentang Islam yang dapat menarik perhatian santri-santri jauh;
2. Hampir semua pesantren berada di desa-desa diminta tidak tersedia perumahan (akomodasi) yang cukup untuk menampung santri-santri;
3. Ada sikap timbal balik antara santri dan kiai, dimana para santri menganggap kiai seolah-olah sebagai bapaknya sendiri. Sedangkan kiai menganggap para santri sebagai titipan Tuhan yang senantiasa harus dilindungi.
Fenomena diatas menunjukkan bahwa dalam sistem pendidikan pesantren berlangsung sehari semalam, yang artinya semua tingkah laku santri atau semua kegiatan santri dapat dimonitoring oleh kiai. Sehingga bila terjadi suatu yang menyimpang dari tingkah laku santri dapat langsung ditegur dan diberi bimbingan langsung dari kiai.
b. Masjid
Menurut bahasa, masjid merupakan isim makan (nama tempat) yang diambil dari fiil (kata kerja) bahasa Arab sajada, yang artinya tempat untuk sujud. Pada mulanya yang dimaksud dengan masjid adalah bagian (tempat) di muka bumi yang dipergunakan untuk bersujud, baik dihalaman, lapangan, ataupun di padang pasir yang luas. Akan tetapi, pengertian masjid ini lama kelamaan tumbuh dan berubah sehingga pengertiannya menjadi satu bangunan yang membelakangi arah kiblat dan dipergunakan sebagi tempat sholat baik sendiri atau jamaah.
Masjid merupakan elemen yang yang bisa terpisahkan dari pesantren dan dianggap sebagai tempat yang paling tepat dalam mendidik pesantren, terutama dalam praktek sembahyang lima waktu, khutbah, berjamaah dan pengajian kitab kuning, sehingga kedudukan masjid sebagai tempat pendidikan pesantren merupakan manivestasi dari universalisme sistem pendidikan tradisional dengan kata lain berkesinambungan sistem pendidikan Islam yang berpusat pada masjid sejak masjid Quba didirikan dekat Madinah pada Masa nabi Muhammad SAW telah menjadikan pusat pendidikan Islam.
c. Santri
Santri merupakan unsur pokok dari suatu pesantren, santri biasanya terdiri dari dua kelompok yaitu santri mukim dan santri kalong sebagaimana dijelaskan oleh Hasbullah bahwa :
(1) Santri mukim adalah santri yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap di pesantren. Santri mukim yang telah lama tinggal di pesantren biasanya diberi tanggung jawab untuk mengurusi kebutuhannya sehari-hari.
(2) Santri kalong adalah santri yang berasal dari daerah desa sekeliling pesantren yang tidak menetap di pesantren. Mereka biasanya pulang pergi dari rumah ke pesantren.
Adapun alasan santri pergi dan menetap disuatu pesantren karena berbagai alasan, yaitu :
(1) Ia ingin mempelajari kitab-kitab lain yang membahas Islam secara lebih mendalam dibawah bimbingan Kiai yang memimpin pesantren tersebut;
(2) Ia ingin memperoleh pengalaman kehidupan bersama, baik dalam bidang pengajaran keorganisasian maupun hubungan dengan pesantren-pesantren terkenal;
(3) Ia ingin memusatkan studinya dipesantren tanpa disibukkan kewajiban sehari-hari dikeluarganya.
d. Kiai
Kiai merupakan elemen yang esensial dari suatu pondok pesantren bahkan merupakan pendiri pesantren tersebut. Kiai bukanlah gelar yang bisa didapatkan dari pendidikan formal, akan tetap gelar tresebut diberikan oleh masyarakat kepada orang yang ilmu pengetahuannya mendalam tentang agama Islam dan memiliki serta memimpin pondok pesantren dan juga mengajarkan kitab-kitab klasik pada para santrinya .
Dalam hal ini kiai merupakan salah satu unsur terpenting dalam pesantren. Kemashuran seorang kiai menurut Hasbullah banyak bergantung pada keahlian dan kedalaman ilmu pengetahuan, kharismatik, berwibawa serta kemampuan (ketrampilan) kiai yang bersangkutan dalam mengelola pesantrennya. Dengan demikian jelaslah bahwa kepribadian sesosok kiai sangat menentukan perkembangan pesantren ke depan karena kiai merupakan tokoh sentral dalam pesantren.
Predikat kiai akan diperoleh oleh seseorang, apabila terpenuhi beberapa syarat diantaranya :
(1) Keturunan, biasanya kiai besar mempunayi silsilah yang cukup panjang dan valid;
(2) Pengetahuan agama, seseorang tidak akan pernah memperoleh predikat kiai apabila tidak menguasai pengetahuan agama atau kitab Islam klasik, bahkan kepopuleran kiai ditentukan oleh keahliannya menguasai cabang ilmu tertentu;
(3) Jumlah muridnya merupakan indikasi kebesaran kiai yang terlihat banyaknya murid yang mengaji kepadanya;
(4) Cara mengabdi kiai kepada masyarakat.
Menurut Moh. Akhyadi, ada tiga hal utama yang melatar belakangi sentralisnya peran kiai dalam pesantren. Pertama, keunggulan dibidang ilmu dan kepribadian yang dapat dipercaya dan diteladani. kedua, keberadaan Kiai sebagai pemilik tanah wakaf, pendiri pesantren dan ketiga, kultur pesantren yang sangat kondusif bagi terciptanya pola hubungan kiai-santri yang bersifat atasan bawahan, dengan model komunikasi satu arah: sistem komando, sehingga mereka pun menjadikan kiai sebagai sesepuh dan tempat mengembalikan berbagai persoalan hidup. Berdasarkan proses tersebut, dapat kita ketahui bahwa untuk menjadi seorang kiai setiap orang mempunyai kesempatan bilamana mampu memenuhi berbagai kriteria diatas dan dapat diterima oleh masyarakat.
e. Pengajian kitab-kitab klasik
Unsur pokok lain yang membedakan antara pondok pesantren dengan lembaga pendidikan lain adalah bahwa dalam pondok pesantren ini diajarkan kitab-kitab klasik yang dikarang oleh Ulama terdahulu. Di kalangan pesantren kitab-kitab klasik ini bisa disebut dengan kitab kuning, bahkan karena tidak dilengkapi dengan sandangan (syakal), istilah lain kerap oleh kalangan pesantren dengan sebutan kitab gundul.
Kitab-kitab yang diajarkan dalam pondok pesantren sangatlah beraneka ragam. Keseluruhan kitab-kitab klasik yang diajarkan di pesantren dapat digolongkan dalam beberapa kelompok: (1) nahwu dan sharaf, (2) fiqh, (3) Ushul Fiqh, (4) hadits (5) tafsir (6) tauhid (akidah) (7) tasawuf dan etika. Disamping itu, kitab-kitab tersebut meliputi teks yang sangat pendek sampai teks yang terdiri dari berjilid-jilid tebal mengenai hadits, tafsir, fiqh, dan tasawuf. Kesemuanya ini dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok kitab-kitab dasar, kitab-kitab menengah dan kitab-kitab besar.
Referensi:
1. Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, LP3S, Jakarta, 1983, hlm. 44-51.
2. Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam Indonesia, (Jakarta: PT. Grafindo Persada,. 142-143.
3. Mundzirin Yusuf Elba, Masjid Tradisional di Jawa, (Yogyakarta: Nur Cahaya, 1983), hlm. 1-2.
4. Abudin Nata (ed), Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Grasindo, 2001), hlm. 144
Dalam lembaga pendidikan Islam yang disebut pesantren sekurang-kurangnya ada unsur-unsur: kiai yang mengajar dan mendidik serta jadi panutan, santri yang belajar kepada kiai, masjid sebagai tempat penyelenggaraan pendidikan dan sholat jamaah, dan asrama tempat tinggal santri. Sementara itu menurut Zamakhsyari Dhofier ada lima elemen utama pesantren yaitu pondok, masjid, pengajian kitab-kitab klasik, santri dan kiai.
Unsur-unsur pondok pesantren tersebut sebagaimana berikut:
a. Pondok
Menurut Hasbullah bahwa perkembangan pondok pesantren bukanlah semata-mata dimaksudkan sebagai tempat tinggal atau asrama para santri untuk mengikuti pelajaran yang diberikan oleh kiai, tetapi juga sebagai latihan bagi santri yang bersangkutan agar mampu hidup mandiri dalam masyarakat. Dalam dalam perkembangan selanjutnya, terutama masa sekarang tampaknya lebih menonjol fungsinya sebagai tempat pemondokan atau asrama, dan setiap santri dikenakan semacam sewa atau iuran untuk pemeliharaan pondok tersebut.
Ada beberapa alasan mengapa harus menyediakan asrama atau tempat bagi santri, antara lain adalah :
1. Kemasyhuran seorang kiai dan kedalaman pengetahuannya tentang Islam yang dapat menarik perhatian santri-santri jauh;
2. Hampir semua pesantren berada di desa-desa diminta tidak tersedia perumahan (akomodasi) yang cukup untuk menampung santri-santri;
3. Ada sikap timbal balik antara santri dan kiai, dimana para santri menganggap kiai seolah-olah sebagai bapaknya sendiri. Sedangkan kiai menganggap para santri sebagai titipan Tuhan yang senantiasa harus dilindungi.
Fenomena diatas menunjukkan bahwa dalam sistem pendidikan pesantren berlangsung sehari semalam, yang artinya semua tingkah laku santri atau semua kegiatan santri dapat dimonitoring oleh kiai. Sehingga bila terjadi suatu yang menyimpang dari tingkah laku santri dapat langsung ditegur dan diberi bimbingan langsung dari kiai.
b. Masjid
Menurut bahasa, masjid merupakan isim makan (nama tempat) yang diambil dari fiil (kata kerja) bahasa Arab sajada, yang artinya tempat untuk sujud. Pada mulanya yang dimaksud dengan masjid adalah bagian (tempat) di muka bumi yang dipergunakan untuk bersujud, baik dihalaman, lapangan, ataupun di padang pasir yang luas. Akan tetapi, pengertian masjid ini lama kelamaan tumbuh dan berubah sehingga pengertiannya menjadi satu bangunan yang membelakangi arah kiblat dan dipergunakan sebagi tempat sholat baik sendiri atau jamaah.
Masjid merupakan elemen yang yang bisa terpisahkan dari pesantren dan dianggap sebagai tempat yang paling tepat dalam mendidik pesantren, terutama dalam praktek sembahyang lima waktu, khutbah, berjamaah dan pengajian kitab kuning, sehingga kedudukan masjid sebagai tempat pendidikan pesantren merupakan manivestasi dari universalisme sistem pendidikan tradisional dengan kata lain berkesinambungan sistem pendidikan Islam yang berpusat pada masjid sejak masjid Quba didirikan dekat Madinah pada Masa nabi Muhammad SAW telah menjadikan pusat pendidikan Islam.
c. Santri
Santri merupakan unsur pokok dari suatu pesantren, santri biasanya terdiri dari dua kelompok yaitu santri mukim dan santri kalong sebagaimana dijelaskan oleh Hasbullah bahwa :
(1) Santri mukim adalah santri yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap di pesantren. Santri mukim yang telah lama tinggal di pesantren biasanya diberi tanggung jawab untuk mengurusi kebutuhannya sehari-hari.
(2) Santri kalong adalah santri yang berasal dari daerah desa sekeliling pesantren yang tidak menetap di pesantren. Mereka biasanya pulang pergi dari rumah ke pesantren.
Adapun alasan santri pergi dan menetap disuatu pesantren karena berbagai alasan, yaitu :
(1) Ia ingin mempelajari kitab-kitab lain yang membahas Islam secara lebih mendalam dibawah bimbingan Kiai yang memimpin pesantren tersebut;
(2) Ia ingin memperoleh pengalaman kehidupan bersama, baik dalam bidang pengajaran keorganisasian maupun hubungan dengan pesantren-pesantren terkenal;
(3) Ia ingin memusatkan studinya dipesantren tanpa disibukkan kewajiban sehari-hari dikeluarganya.
d. Kiai
Kiai merupakan elemen yang esensial dari suatu pondok pesantren bahkan merupakan pendiri pesantren tersebut. Kiai bukanlah gelar yang bisa didapatkan dari pendidikan formal, akan tetap gelar tresebut diberikan oleh masyarakat kepada orang yang ilmu pengetahuannya mendalam tentang agama Islam dan memiliki serta memimpin pondok pesantren dan juga mengajarkan kitab-kitab klasik pada para santrinya .
Dalam hal ini kiai merupakan salah satu unsur terpenting dalam pesantren. Kemashuran seorang kiai menurut Hasbullah banyak bergantung pada keahlian dan kedalaman ilmu pengetahuan, kharismatik, berwibawa serta kemampuan (ketrampilan) kiai yang bersangkutan dalam mengelola pesantrennya. Dengan demikian jelaslah bahwa kepribadian sesosok kiai sangat menentukan perkembangan pesantren ke depan karena kiai merupakan tokoh sentral dalam pesantren.
Predikat kiai akan diperoleh oleh seseorang, apabila terpenuhi beberapa syarat diantaranya :
(1) Keturunan, biasanya kiai besar mempunayi silsilah yang cukup panjang dan valid;
(2) Pengetahuan agama, seseorang tidak akan pernah memperoleh predikat kiai apabila tidak menguasai pengetahuan agama atau kitab Islam klasik, bahkan kepopuleran kiai ditentukan oleh keahliannya menguasai cabang ilmu tertentu;
(3) Jumlah muridnya merupakan indikasi kebesaran kiai yang terlihat banyaknya murid yang mengaji kepadanya;
(4) Cara mengabdi kiai kepada masyarakat.
Menurut Moh. Akhyadi, ada tiga hal utama yang melatar belakangi sentralisnya peran kiai dalam pesantren. Pertama, keunggulan dibidang ilmu dan kepribadian yang dapat dipercaya dan diteladani. kedua, keberadaan Kiai sebagai pemilik tanah wakaf, pendiri pesantren dan ketiga, kultur pesantren yang sangat kondusif bagi terciptanya pola hubungan kiai-santri yang bersifat atasan bawahan, dengan model komunikasi satu arah: sistem komando, sehingga mereka pun menjadikan kiai sebagai sesepuh dan tempat mengembalikan berbagai persoalan hidup. Berdasarkan proses tersebut, dapat kita ketahui bahwa untuk menjadi seorang kiai setiap orang mempunyai kesempatan bilamana mampu memenuhi berbagai kriteria diatas dan dapat diterima oleh masyarakat.
e. Pengajian kitab-kitab klasik
Unsur pokok lain yang membedakan antara pondok pesantren dengan lembaga pendidikan lain adalah bahwa dalam pondok pesantren ini diajarkan kitab-kitab klasik yang dikarang oleh Ulama terdahulu. Di kalangan pesantren kitab-kitab klasik ini bisa disebut dengan kitab kuning, bahkan karena tidak dilengkapi dengan sandangan (syakal), istilah lain kerap oleh kalangan pesantren dengan sebutan kitab gundul.
Kitab-kitab yang diajarkan dalam pondok pesantren sangatlah beraneka ragam. Keseluruhan kitab-kitab klasik yang diajarkan di pesantren dapat digolongkan dalam beberapa kelompok: (1) nahwu dan sharaf, (2) fiqh, (3) Ushul Fiqh, (4) hadits (5) tafsir (6) tauhid (akidah) (7) tasawuf dan etika. Disamping itu, kitab-kitab tersebut meliputi teks yang sangat pendek sampai teks yang terdiri dari berjilid-jilid tebal mengenai hadits, tafsir, fiqh, dan tasawuf. Kesemuanya ini dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok kitab-kitab dasar, kitab-kitab menengah dan kitab-kitab besar.
Referensi:
1. Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, LP3S, Jakarta, 1983, hlm. 44-51.
2. Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam Indonesia, (Jakarta: PT. Grafindo Persada,. 142-143.
3. Mundzirin Yusuf Elba, Masjid Tradisional di Jawa, (Yogyakarta: Nur Cahaya, 1983), hlm. 1-2.
4. Abudin Nata (ed), Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Grasindo, 2001), hlm. 144
MODEL PESANTREN
Model-model Pesantren
Seiring dengan perkembangan jaman, pesantren-pesantren yang ada berusaha mengembangkan diri sesuai dengan tuntutan jaman. Sebab inilah maka unsur-unsur pesantren itu kini bisa berkembang menjadi bermacam-macam. Meskipun demikian secara makro pesantren dibagi menjadi 4 tipe1. Pesantren Tipe A, yaitu pesantren yang sangat tradisional. Para santri pada umumnya tinggal di asrama yang terletak di sekitar rumah kyai. Mereka di pesantren hanya belajar kitab kuning. Cara pengajarannya pun berjalan di antara sistem sorogan dan bandongan2. Pesantren Tipe B, yaitu pesantren yang memadukan antara mengaji secara individual (sorogan) tetapi juga menyelenggarakan pendidikan formal yang ada di bawah departemen pendidikan atau departemen agama. Hanya saja lembaga pendidikan formal itu khusus untuk santri pesantren tersebut.
3. Pesantren tipe C, hampir sama dengan tipe B tetapi lembaga pendidikannya terbuka untuk umum
4. Pesantren type D, yaitu pesantren yang tidak memiliki lembaga pendidikan formal, tetapi memberikan kesempatan kepada santri untuk belajar pada jenjang pendidikan formal di luar pesantren.
Fungsi pesantren
Secara kelembagaan, pesantren termasuk sebagai lembaga pendidikan. Namun pendidikan di pesantren tidak berhenti sebagai aktifitas transfer ilmu saja. Azyumardi Azra menyebutkan, selain sebagai transfer ilmu, pesantren juga sebagai kaderisasi ulama' dan sebagai pemelihara budaya Islam. Dua unsur tambahan tersebut perlu ditekankan sebab seorang ulama' bukan sekedar orang yang memiliki penguasaan ilmu yang tinggi, tetapi juga harus disertai dengan kemampuannya mengamalkan ilmu tersebut dalam kehidupannya. Pengamalan ilmu keislaman dalam kehidupan sehari-hari akan mendorong seseorang untuk berkreasi dalam melandingkan pesan-pesan syari' (pembuat syariat) sesuai dengan kondisi dan situasi setempat. Dari sanalah muncul budaya Islam.
Mutu pendidikan tidak terlepas dairi kurikulum yang dipakai dan dilaksanakan sebuah institusi pendidikan, Pesantren yang mempunyai ciri khas dalam dunia pendidikan memadukan antara ilmu berbasis agama dan umum. Tentu saja isi kurikulum tak terlepas dari campur tangan pemerintah. Untuk itu perlu adanya strategi dan pengembangan kurikulum pesantren yang mandiri dan kuat dalam menghadapi tantangan zaman.
Seiring dengan perkembangan jaman, pesantren-pesantren yang ada berusaha mengembangkan diri sesuai dengan tuntutan jaman. Sebab inilah maka unsur-unsur pesantren itu kini bisa berkembang menjadi bermacam-macam. Meskipun demikian secara makro pesantren dibagi menjadi 4 tipe1. Pesantren Tipe A, yaitu pesantren yang sangat tradisional. Para santri pada umumnya tinggal di asrama yang terletak di sekitar rumah kyai. Mereka di pesantren hanya belajar kitab kuning. Cara pengajarannya pun berjalan di antara sistem sorogan dan bandongan2. Pesantren Tipe B, yaitu pesantren yang memadukan antara mengaji secara individual (sorogan) tetapi juga menyelenggarakan pendidikan formal yang ada di bawah departemen pendidikan atau departemen agama. Hanya saja lembaga pendidikan formal itu khusus untuk santri pesantren tersebut.
3. Pesantren tipe C, hampir sama dengan tipe B tetapi lembaga pendidikannya terbuka untuk umum
4. Pesantren type D, yaitu pesantren yang tidak memiliki lembaga pendidikan formal, tetapi memberikan kesempatan kepada santri untuk belajar pada jenjang pendidikan formal di luar pesantren.
Fungsi pesantren
Secara kelembagaan, pesantren termasuk sebagai lembaga pendidikan. Namun pendidikan di pesantren tidak berhenti sebagai aktifitas transfer ilmu saja. Azyumardi Azra menyebutkan, selain sebagai transfer ilmu, pesantren juga sebagai kaderisasi ulama' dan sebagai pemelihara budaya Islam. Dua unsur tambahan tersebut perlu ditekankan sebab seorang ulama' bukan sekedar orang yang memiliki penguasaan ilmu yang tinggi, tetapi juga harus disertai dengan kemampuannya mengamalkan ilmu tersebut dalam kehidupannya. Pengamalan ilmu keislaman dalam kehidupan sehari-hari akan mendorong seseorang untuk berkreasi dalam melandingkan pesan-pesan syari' (pembuat syariat) sesuai dengan kondisi dan situasi setempat. Dari sanalah muncul budaya Islam.
Mutu pendidikan tidak terlepas dairi kurikulum yang dipakai dan dilaksanakan sebuah institusi pendidikan, Pesantren yang mempunyai ciri khas dalam dunia pendidikan memadukan antara ilmu berbasis agama dan umum. Tentu saja isi kurikulum tak terlepas dari campur tangan pemerintah. Untuk itu perlu adanya strategi dan pengembangan kurikulum pesantren yang mandiri dan kuat dalam menghadapi tantangan zaman.
Ada pesantren di NTB bernama Umar bin Khattab
yang diduga berfaham radikal dan pengasuhnya ditangkap. Tidakkah ini membuat
kesan buruk pada pesantren secara keseluruhan?
Tidak. Karena Pesantren tersebut merupakan salah satu tipe pesantren yang baru muncul dalam 2 dekade terakhir. Dan sangat minoritas. Sebagaimana kita ketahui, dari segi afiliasinya ada tiga macam model pesantren utama di Indonesia.
I. PESANTREN BERAFILIASI NU
1. Pesantren yang berkultur NU (Nahdlatul Ulama). Ini tipe pesantren yang kuno yang ada sejak era Walisongo. Ciri khas dari pesantren ini adalah adanya ritual tahlilan biasanya pada malam Jum'at, shalat subuh dan paruh kedua tarawih memakai qunut, salat tarawih 20 roka'at dan mengaji kitab kuning.
Pesantren NU adalah pesantren yang sangat toleran dan akomodatif pada kultur lokal. Pesantren berkultur NU adalah pesantren yang paling aman dan memiliki kualitas pengajaran agama paling baik.
Dalam segi sistem pendidikan, ada dua model pesantren NU yaitu Pesantren Salaf dan Modern (Kholaf).
I.A. PONDOK PESANTREN SALAF
Pondok pesantren Salaf atau salafiyah menganut sistem pendidikan tradisional ala pesantren. Yaitu, sistem pengajian kitab sorogan dan wetonan atau bandongan. Di sebagian pesantren salaf saat ini sudah ditambah dengan semi-modern dengan sistem klasikal atau sistem kelas yang disebut madrasah diniyah (madin) yang murni mengajarkan ilmu agama dan kitab kuning.
Contoh Pesantren salaf murni yang besar dan tua seperti Ponpes Sidogiri Pasuruan, Pesantren Langitan, Pondok Lirboyo Kediri. Bedakan kata salaf atau salafiyah di sini yang bermakna tradisional atau kuno, dengan Salafi yang menjadi nama lain dari Wahabi. Lihat Pondok Pesantren Salaf.
I.B. PONDOK PESANTREN MODERN (KHOLAF)
Seiring dinamika zaman, banyak pesantren NU yang sistem pendidikan asalnya salaf berubah total menjadi pesantren modern. Ciri khas pesantren modern adalah prioritas pendidikan pada sistem sekolah formal dan penekanan bahasa Arab modern (lebih spesifik pada speaking/muhawarah). Sistem pengajian kitab kuning, baik pengajian sorogan wetonan maupun madrasah diniyah, ditinggalkan sama sekali. Atau minimal kalau ada, tidak wajib diikuti. Walaupun demikian, secara kultural tetap mempertahankan ke-NU-annya seperti tahlilan, qunut, yasinan, dll. Lihat, Pondok Pesantren Modern.
Di luar itu, ada juga pesantren NU yang menganut kombinasi sistem perpaduan antara modern dan salaf. Seperti Pondok Pesantren Al-Khoirot Malang.
II. PESANTREN BERAFILIASI MUHAMMADIYAH
Pesantren yang berkultur atau berafiliasi ke Muhammadiyah. Ciri khas pesantren ini adalah tidak ada ritual tahlilan. Tidak ada qunut saat salat Subuh atau paruh akhir shalat tarawih. Jumlah raka'at shalat tarawih cuma 8 roka'at.
Gerakan Muhammadiyah dari segi ritual keagamaaan dan pandangan teologi dipengaruhi oleh gerakan Wahabi namun dalam versi yang lunak. Jadi, pesantren ini juga tidak berbahaya. Walaupun suka menghakimi orang NU yang suka ziarah kubur sebagai bid'ah dan/atau syirik.
III. PESANTREN BERAFILIASI WAHABI SALAFI
Ini dia pesantren yang memproduksi kalangan anak muda radikal. Pesantren ini dipengaruhi oleh gerakan Wahabi Salafi. Yakni, versi garis keras pemahaman Wahabi/Salafi. Mereka mudah mengkafirkan atau membid'ah-kan siapa saja yang bukan bagian dari dirinya.
Ciri khas dari pesantren ini sama dengan ciri khas pesantren Muhammadiyah. Yaitu, tidak ada ritual tahlil, tidak ada qunut saat shalat subuh, dll. Tidak suka bermadzhab kecuali kepada tokoh ulama Wahabi. Mereka bahkan menganggap acara tahlil, ziarah kubur dan maulid Nabi dkk sebagai bid'ah, syirik atau kufur.
Banyak dari pesantren ini yang mendapat dana dari pemerintah Arab Saudi melalui berbagai jalur antara lain Rabithah Alam Islamy dan jalur-jalur lain.
Jauhi pesantren seperti ini. Sebaik apapun kualitas pendidikan di dalamnya. Kecuali kalau Anda ingin anak Anda menjadi pengebom bunuh diri. Contoh dari pesantren radikal ini adalah pesantren Umar bin Khattab, NTB. Lihat Pondok Pesantren Radikal.
Ketua PBNU Agil Siradj mengatakan di berbagai kesempatan bahwa akar terorisme dan konflik pemecah belah antar-golongan umat Islam di Indonesia adalah kelompok Islam penganut Wahabi Salafi. Salah satu tulisan Agil Siradj di Republika 3 Oktober 2011 dapat dilihat di sini. Ponpes Pondok Pesantren Radikal penganut Islam garis keras ekstrim
Oleh Litbang Ponpes Al-Khoirot Malang
Pesantren apa yang dimaksud dengan Pondok Pesantren Radikal?
Yang disebut dengan pondok pesantren radikal adalah pondok pesantren (ponpes) yang memiliki paham radikal dalam menafsiri Al Quran dan Hadits. Serta memiliki rasa toleransi yang minim terhadap golongan lain.
Pesantren tipe ini adalah pesantren yang secara langsung atau tidak langsung ada hubungannya dengan faham Wahabi garis keras yang dikenal dengan sebutan Salafi.
Umumnya pengasuhnya lulusan dari salah satu universitas di Arab Saudi atau mendapat biaya dari pemerintah Arab Saudi.
Seberapa intoleransi sikap mereka terhadap golongan lain di luar dirinya?
Mereka sangat mudah mengkafirkan orang lain (takfir) yang tidak sepaham. Ideologi takfir ini pada gilirannya menjadi pemicu adanya terorisme.
Apa hubungannya?
Saat seroang muslim menghakimi muslim lain sebagai kafir, maka tinggal selangkah lagi baginya untuk membunuh yang dianggap kafir tersebut kalau ada kesempatan.
Apa saja pesantren yang termasuk dalam katagori radikal?
Setiap pesantren yang mengedepankan kekerasan dibanding perdamaian; dan kebencian dibanding sikap cinta damai, patut disebut dengan pesantren radikal.
Apa pesantren semacam itu banyak terdapat di Indonesia?
Tidak banyak. Hanya satu dua. Tapi itu sudah cukup membuat kita prihatin.
IV. PESANTREN BERAFILIASI KELOMPOK MINORITAS
Ada pesantren yang berafiliasi pada aliran sempalan atau minoritas. Jumlahnya tidak banyak. Seperti pesantren yang berhaluan Jama'ah Tabligh, tariqat Wahidiyah, pesantren Syiah, pesantren yang berpaham sesat (menurut MUI atau Depag) seperti pesantren Al Zaytun, atau LDII (dulu Lemkari atau Islam Jama'ah).
Tidak. Karena Pesantren tersebut merupakan salah satu tipe pesantren yang baru muncul dalam 2 dekade terakhir. Dan sangat minoritas. Sebagaimana kita ketahui, dari segi afiliasinya ada tiga macam model pesantren utama di Indonesia.
I. PESANTREN BERAFILIASI NU
1. Pesantren yang berkultur NU (Nahdlatul Ulama). Ini tipe pesantren yang kuno yang ada sejak era Walisongo. Ciri khas dari pesantren ini adalah adanya ritual tahlilan biasanya pada malam Jum'at, shalat subuh dan paruh kedua tarawih memakai qunut, salat tarawih 20 roka'at dan mengaji kitab kuning.
Pesantren NU adalah pesantren yang sangat toleran dan akomodatif pada kultur lokal. Pesantren berkultur NU adalah pesantren yang paling aman dan memiliki kualitas pengajaran agama paling baik.
Dalam segi sistem pendidikan, ada dua model pesantren NU yaitu Pesantren Salaf dan Modern (Kholaf).
I.A. PONDOK PESANTREN SALAF
Pondok pesantren Salaf atau salafiyah menganut sistem pendidikan tradisional ala pesantren. Yaitu, sistem pengajian kitab sorogan dan wetonan atau bandongan. Di sebagian pesantren salaf saat ini sudah ditambah dengan semi-modern dengan sistem klasikal atau sistem kelas yang disebut madrasah diniyah (madin) yang murni mengajarkan ilmu agama dan kitab kuning.
Contoh Pesantren salaf murni yang besar dan tua seperti Ponpes Sidogiri Pasuruan, Pesantren Langitan, Pondok Lirboyo Kediri. Bedakan kata salaf atau salafiyah di sini yang bermakna tradisional atau kuno, dengan Salafi yang menjadi nama lain dari Wahabi. Lihat Pondok Pesantren Salaf.
I.B. PONDOK PESANTREN MODERN (KHOLAF)
Seiring dinamika zaman, banyak pesantren NU yang sistem pendidikan asalnya salaf berubah total menjadi pesantren modern. Ciri khas pesantren modern adalah prioritas pendidikan pada sistem sekolah formal dan penekanan bahasa Arab modern (lebih spesifik pada speaking/muhawarah). Sistem pengajian kitab kuning, baik pengajian sorogan wetonan maupun madrasah diniyah, ditinggalkan sama sekali. Atau minimal kalau ada, tidak wajib diikuti. Walaupun demikian, secara kultural tetap mempertahankan ke-NU-annya seperti tahlilan, qunut, yasinan, dll. Lihat, Pondok Pesantren Modern.
Di luar itu, ada juga pesantren NU yang menganut kombinasi sistem perpaduan antara modern dan salaf. Seperti Pondok Pesantren Al-Khoirot Malang.
II. PESANTREN BERAFILIASI MUHAMMADIYAH
Pesantren yang berkultur atau berafiliasi ke Muhammadiyah. Ciri khas pesantren ini adalah tidak ada ritual tahlilan. Tidak ada qunut saat salat Subuh atau paruh akhir shalat tarawih. Jumlah raka'at shalat tarawih cuma 8 roka'at.
Gerakan Muhammadiyah dari segi ritual keagamaaan dan pandangan teologi dipengaruhi oleh gerakan Wahabi namun dalam versi yang lunak. Jadi, pesantren ini juga tidak berbahaya. Walaupun suka menghakimi orang NU yang suka ziarah kubur sebagai bid'ah dan/atau syirik.
III. PESANTREN BERAFILIASI WAHABI SALAFI
Ini dia pesantren yang memproduksi kalangan anak muda radikal. Pesantren ini dipengaruhi oleh gerakan Wahabi Salafi. Yakni, versi garis keras pemahaman Wahabi/Salafi. Mereka mudah mengkafirkan atau membid'ah-kan siapa saja yang bukan bagian dari dirinya.
Ciri khas dari pesantren ini sama dengan ciri khas pesantren Muhammadiyah. Yaitu, tidak ada ritual tahlil, tidak ada qunut saat shalat subuh, dll. Tidak suka bermadzhab kecuali kepada tokoh ulama Wahabi. Mereka bahkan menganggap acara tahlil, ziarah kubur dan maulid Nabi dkk sebagai bid'ah, syirik atau kufur.
Banyak dari pesantren ini yang mendapat dana dari pemerintah Arab Saudi melalui berbagai jalur antara lain Rabithah Alam Islamy dan jalur-jalur lain.
Jauhi pesantren seperti ini. Sebaik apapun kualitas pendidikan di dalamnya. Kecuali kalau Anda ingin anak Anda menjadi pengebom bunuh diri. Contoh dari pesantren radikal ini adalah pesantren Umar bin Khattab, NTB. Lihat Pondok Pesantren Radikal.
Ketua PBNU Agil Siradj mengatakan di berbagai kesempatan bahwa akar terorisme dan konflik pemecah belah antar-golongan umat Islam di Indonesia adalah kelompok Islam penganut Wahabi Salafi. Salah satu tulisan Agil Siradj di Republika 3 Oktober 2011 dapat dilihat di sini. Ponpes Pondok Pesantren Radikal penganut Islam garis keras ekstrim
Oleh Litbang Ponpes Al-Khoirot Malang
Pesantren apa yang dimaksud dengan Pondok Pesantren Radikal?
Yang disebut dengan pondok pesantren radikal adalah pondok pesantren (ponpes) yang memiliki paham radikal dalam menafsiri Al Quran dan Hadits. Serta memiliki rasa toleransi yang minim terhadap golongan lain.
Pesantren tipe ini adalah pesantren yang secara langsung atau tidak langsung ada hubungannya dengan faham Wahabi garis keras yang dikenal dengan sebutan Salafi.
Umumnya pengasuhnya lulusan dari salah satu universitas di Arab Saudi atau mendapat biaya dari pemerintah Arab Saudi.
Seberapa intoleransi sikap mereka terhadap golongan lain di luar dirinya?
Mereka sangat mudah mengkafirkan orang lain (takfir) yang tidak sepaham. Ideologi takfir ini pada gilirannya menjadi pemicu adanya terorisme.
Apa hubungannya?
Saat seroang muslim menghakimi muslim lain sebagai kafir, maka tinggal selangkah lagi baginya untuk membunuh yang dianggap kafir tersebut kalau ada kesempatan.
Apa saja pesantren yang termasuk dalam katagori radikal?
Setiap pesantren yang mengedepankan kekerasan dibanding perdamaian; dan kebencian dibanding sikap cinta damai, patut disebut dengan pesantren radikal.
Apa pesantren semacam itu banyak terdapat di Indonesia?
Tidak banyak. Hanya satu dua. Tapi itu sudah cukup membuat kita prihatin.
IV. PESANTREN BERAFILIASI KELOMPOK MINORITAS
Ada pesantren yang berafiliasi pada aliran sempalan atau minoritas. Jumlahnya tidak banyak. Seperti pesantren yang berhaluan Jama'ah Tabligh, tariqat Wahidiyah, pesantren Syiah, pesantren yang berpaham sesat (menurut MUI atau Depag) seperti pesantren Al Zaytun, atau LDII (dulu Lemkari atau Islam Jama'ah).
DONASIKAN SEBAGIAN RIZKI ANDA UNTUK PEMBANGUNAN PONPES
DARUL UBUDIYAH TERONG BANGI GRESIK ,.
Berapapun Bantuan Andah SAngat Berguna Untuk Kemajuan Pendikan Pndok Pesantren
NO TLFN : 0812139490285
031 70641564
NO REKENING MANDIRI ;140-00-1228134-2
; Atas Nama : Zakaria Al Ansori
Sabtu, 23 Februari 2013
PROPOSAL
PERMOHONAN BANTUAN PEMBANGUNAN
PONDOK
PESANTREN “DARUL UBUDIYYAH“
TERONGBANGI
– CERME – GRESIK
Yayasan
AL-HARISIYAH AN-NABILA
Pondok
Pesantren “Darul Ubudiyyah“
Terongbangi –
Cerme-Gresik 61171
Telp ( 031 ) 70641564 – 34094456 -082139490285
Jawa Timur
NS : 510035250192 Akte
Notaris : Irfin Rif’iyah N0. 01 Tahun 2012
Alamat : JL. Raya Terongbangi Cerme 61171 Gresik 031-70641564- 34094456, 0821- 39490285
Nomor : 21/YHN.PPDU/I/2013
Lampiran : 1 (Satu Bendel )
Prihal : Permohonan Bantuan Pembangunan Pon.Pes Darul Ubudiyyah
Kepada
Yang Terhormat
PT.
GRESIK MUSTIKA TIMUR
Jl. Mayjen Sungkono Gg. 14 No. 27 Gresik
Assalamu`alaikum Wr. Wb.
Puji Syukur Alhamdulillah kami haturkan
kehadlirat Allah SWT. Atas segala rahmat dan nikmat yang telah
dianugerahkan kepada kita sekalian.
Selanjutnya dalam rangka peningkatan
mutu dan kualitas santri dipandang
perlu adanya pembangunan
Ponpes Darul Ubudiyyah
Terongbangi Cerme Gresik Jawa Timur
yang baik dan memadai dengan anggaran
biaya sebesar Rp. 1.423. 205. 000,00 ( Satu Milyard Empat Ratus Dua Puluh Tiga
Juta Dua Ratus Lima Ribu Rupiah ).
Untuk mewujudkan harapan tersebut,
maka kami mohon kepada Bapak untuk membantu kami dalam mewujudkan sarana prasarana
tersebut dengan baik.
Adapun sebagai pertimbangannya kami
lampirkan Proposal sebagaimana dimaksud.
Demikian permohonan kami atas segala perhatian dan bantuannya kami
sampaikan terima kasih.
Wassalamu`alaikum Wr. Wb.
Gresik, 07 Januari 2013
Ketua Pembangunan PPDU Sekretaris
SUMARSONO ABD. KHAMID
Mengetahui,
Pengasuh Pon.Pes
Darul Ubudiyyah,
Ust. MUHAMMAD HARIS, S.Pd.I
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pesantren merupakan salah
satu institusi pendidikan dan institusi sosial keagamaan, dimana seluruh
sentral aktivitas berada didalamnya. Disamping itu juga Pesantren adalah satu-satunya
lembaga yang mampu mengembangkan dua potensinya, yakni potensi pendidikan dan
potensi kemasyarakatan. Maka diharapkan dari pesantren bisa dan mampu
melahirkan generasi yang tidak saja mampu menguasai ilmu pengetahuan keagamaan,
luas wawasan pengetahuan dan cakrawala pemikirannya, tetapi akan mampu memenuhi
persoalan dan tuntutan zaman dalam rangka pemecahan persoalan kemasyarakatan.
Perlu disadari bahwa peran
aktif pesantren di tengah-tengah masyarakat ternyata mempunyai akses yang
signifikan dan lebih mampu untuk mendekatkan diri dengan problema sosial yang
kompleks, hal ini dikarenakan pesantren mampu bersikap santun dan terlihat ikut
merasakan lilitan masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Sikap ini secara
natural dan tanpa rekayasa, karena ia tidak mempunyai niat untuk dijadikan
pahlawan dalam partisipasinya melaksanakan fungsi kemasyarakatan. Semua
aktifitas yang dilakukan praktis tanpa pamrih. Ia sama sekali tidak menunjukkan
sikap arogan, apalagi karakter biokratis dan elitis. Lebih tepatnya pesantren
mampu untuk memposisikan dirinya sebagai penyeimbang terhadap kebijakan publik
yang dilakukan oleh negara dan lembaga-lembaga lain di luar dirinya. Dengan
demikian pesantren berfungsi sebagai kontrol sosial dan ikut serta dalam
mengupayakan terciptanya civil society yang kritis dan independen tanpa
terkooptasi oleh institusi yang bernama negara dan bentuk konspirasional
lainnya.
Setelah melihat potret
pesantren di atas, lalu pertanyaannya adalah bagaimana memformulasikan yang
tepat dalam mengaktualisasikan dirinya di tengah-tengah kecenderungan
masyarakat yang meterialis dan pragmatis. Justru yang paling sulit untuk di
kedepankan terletak pada kerangka simbolis mutualisme antara
pesantren dan lingkungan masyarakat. Untuk dalam pencarian paradigma baru yang
dikontekstualkan dengan aspirasi
masyarakat dan perubahan zaman selalu menjadi pekerjaan rumah pesantren dewasa
ini, sebab mengisolasi diri dan menutup mata terhadap realitas sosial yang
tengah terjadi, maka fungsi pesantren sebagai katalisator atas kepentingan masyarakat
luas akan hilang, itu artinya selain sebagai institusi pendidikan, pesantren
juga harus menciptakan suasana dan lingkungan lembaga pendidikan yang kondusif
bagai kelancaran pelaksanaan pendidikan, sehingga pendidikan dan pembelajaran
berjalan secara efektif dan efisien. Sehingga masyarakat akan merasa ikut
memiliki eksistensi pesantren bila ia mampu membuat secara konkrit akan terjadi
perubahan-perubahan positif dalam berbagai elemen masyarakat.
Seiring dengan perkembangan
zaman yang semakin pesatnya dalam bidang
ilmu dan teknologi maka pesantren dalam
mempertahankan nilai-nilai islam
yang berpegang pada kaidah " Al-muhafadzah `ala al-qodim al-shalih
wal al-akhdu bi al-jadidi al-ashlah" dalam arti ( mempertahankan tradisi klasik yang baik dan terus menerus
menggali serta melestarikan tradisi baru
yang lebih baik). Dengan berpedoman pada kaidah tersebut,
Yayasan Al-Harisiyah
An-Nabila Pondok Pesantren Darul Ubudiyyah Terongbangi Cerme Gresik didalam
menciptakan generasi santri istiqomah, berilmu, beramal sholeh dan mandiri,
yang berkualitas dalam mengimplementasikan ilmunya di masyarakat. Kedepan
lembaga akan berusaha terus mengembangkan lembaga pendidikannya yakni mulai dari jenjang pendidikan formal
PAUD/TK/RA, MI, dan seterusnya begitu
juga Lembaga non formal diantaranya ,TPQ, MADIN, Pengajian kitab kuning untuk
santri dan masyarakat sekitar.
Namun dalam upaya perintisisan
dan pembangunannya masih banyak problem atau
kendala-kendala yang menjadikan perlu adanya pembenahan-pembenahan serta
penambahan fasilitas khususnya dalam
bidang sarana/fasilitas untuk pendidikan, terutama asrama santri, serta
media belajar santri dan sebagainya. Sehingga masih sangat memerlukan dan
sekaligus sangat berharap akan
mendapatkan bantuan dari semua
pihak.
Untuk lebih jelasnya akan
diterangkan pada Rencana Pembangunan Pondok Pesantren Darul Ubudiyyah yang
menggambarkan tentang sasaran,strategi, prioritas,dan tujuan pencapaian serta
program-program yang akan dilaksanakan
sebagai pertimbangan semua pihak dalam membantu mengembangkan Yayasan
Al-Harisiyah An-Nabila Pondok Pesantren Darul Ubudiyyah Terongbangi Cerme
Gresik.
BAB
II
GAMBARAN
UMUM PONDOK PESANTREN DARUL UBUDIYYAH
A. SEJARAH SINGKAT DAN PENDIRI
PONDOK PESANTREN DARUL UBUDIYYAH
1.
LATAR
BELAKANG BERDIRINYA
Pondok pesantren
Darul Ubudiyyah digagas pada akhir tahun 2008 oleh Ust. Muhammad Haris, S.Pd.I
yang kala itu baru satu tahun pulang dari nyantri pada KH. Muhammad Munawwar Adnan
Kholil di Ponpes Daruttaqwa Suci Manyar Gresik.
Hampir selama satu tahun beliau
bertafakkur menghabiskan waktu hanya untuk riyadhoh dan berdzikir kepada Allah
SWT. Karena memikirkan keadaan desa kelahirannya sejak beliau nyantri sampai
kembali tidak ada perubahan yang berarti. Yang diwaktu itu hanya masih ada
mengaji al-Qur’an saja secara umum seperti desa sekitarnya. Keprihatinan beliau
lagi adalah untuk menyekolahkan putra-putrinya, masyarakat dusun terongbangi
harus menempuh jarak yang cukup jauh yang tersebar diwilayah sekitar seperti
desa Kandangan Cerme dan Punduttrate, serta Metatu Benjeng. Yang mana hal
tersebut banyak menyita waktu, tenaga dan pekerjaan masyarakat.
Akhirnya dalam
jangka satu tahun itu beliau mendapat petunjuk dari Allah Swt. Untuk
mengamalkan ilmu yang diperoleh selama nyantri di pangkuan sohibul fadhilah
wassa’adah romo KH. Muhammad Munawar adnan Kholil Suci Manyar Gresik. Setelah
meminta restu juga petunjuk dan bimbingan dari sang kyai akan petunjuk yang
beliau peroleh, selanjutnya beliau bertekad bulat untuk melaksanakan petunjuk
dan tugas yang diamanatkan oleh gurunya tersebut. Gurunya memberi nama
pesantren yang dirintis tersebut dengan nama “DARUL UBUDIYYAH”. Setelah
bertafakkur kembali dan memohon petunjuk dari Allah SWT., tentang letak atau
lokasi yang akan dibangun. Sesuai petunjuk yang diperoleh tanah yang baik harus
mempunyai mata air yang melimpah. Akhirnya dipilihlah lokasinya di dalam dusun
Terongbangi yang hampir satu dusun tersebut pusat sumber air tawar yang
melimpah berada tepat dilokasi Pondok Pesantren “Darul Ubudiyyah”. Sedangkan
diluar lokasi pesantren air sumbernya asin.
Wilayah tersebut juga merupakan
daerah yang berpenduduk kecil dan mayoritas petani dan buruh dimana kesadaran
pendidikannya tergolong masih rendah. Lebih-lebih lagi di dusun tersebut juga
belum terdapat lembaga pendidikan sama sekali, dengan kondisi yang demikian
ini, akhirnya dengan memohon pertolongan Allah beliau memantapkan hati untuk
mendirikan Pondok Pesantren Darul Ubudiyyah.
Keuletan dan ketelatenan serta
kesabaran, maka perjuangan beliau akhirnya sedikit demi sedikit memperoleh
titik yang terang sehingga sekarang di Pondok Pesantren Darul Ubudiyyah
terdapat beberapa jenjang pendidikan antara lain PAUD, TK, MADIN, TPQ, Majlis
dzikir dan Ta’lim rutin setiap bulan serta tahun 2012 sedang dirintis pendirian
Madrasah Ibtida’iyah (MI) Darul Ubudiyyah.
2.
TAHAP
PERINTISAN
Pada tahap Awal ini, Ust. Muhammad Haris membangun 3 kamar.
2 masih menyatu dengan kediaman pengasuh dan 1 kamar berada disekitar Musholla
Pondok. Karena permintaan dari masyarakat luas untuk pengembangannya, maka
menjadi sesuatu yang amat mendesak untuk pembangunan asrama secara mandiri.
Bahkan permintaan tersebut ada yang sudah dari daerah Surabaya dan nganjuk yang
ingin menitipkan putranya. Maka tepatnya pada tanggal 7 September 2012 gurunya KH. Munawwar Kholil yang hadir dalam
acara haul akbar pertama di Pondok Pesantren Darul Ubudiyyah. Memerintahkan untuk segera
dimulai pembangunan asrama pondok secara layak dan permanen. Sedangkan
sementara ini kamar dirumah pengasuh dan di samping musholla telah ditempati 4
santri. 2 orang Duduk Sampeyan Gresik dan 2 orang dari Cerme Gresik.
3. LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN DARUL UBUDIYYAH
Pondok Pesantren Darul
Ubudiyyah terletak di 15 Km dari kota Gresik, tepatnya di dusun Terongbangi
Desa Kandangan Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik, yakni suatu desa di sebelah Barat
perumahan Cerme, disebelah timurnya perbatasan desa Metatu Benjeng, di sebelah
selatan desa Punduttrate Benjeng, dan disebelah Utara Dusun Sekargeneng. Jika
ditempuh dari Surabaya tidak terlalu jauh karena wilayah cerme merupakan
perbatasan surabaya Selatan.
Lingkungan Pondok Pesantren
Darul Ubudiyyah merupakan masyarakat santri yang bertumpu pada pertanian, dan
industri ( buruh industri/pabrik) dan swasta. Sumber air didesa tempat
pesantren ini lancar, bahkan sumber airnya dimanfaatkan oleh sebagian warga
sekitarnya. Disamping itu, disekitar desa tersebut banyak terdapat Industri, seperti
industri triplek, mebel.
Di sekitar bangunan sekolah milik Pondok Pesantren Darul
Ubudiyyah masih tanah pertanian membentang luas yang bisa digunakan untuk
pengembangan pembangunan fisik pondok pesantren dan unit-unit pendidikannya,
namun harga disekitar pondok ini cukup tinggi.
4. VISI DAN MISI PONDOK PESANTREN
DARUL UBUDIYYAH
Visi dan misi merupakan
pandangan kedepan, arahan sekaligus motivasi serta kekuatan gerak bagi seluruh
jajaran yang terlibat dalam pengembangan pendidikan. Lebih dari itu, visi dan misi juga
dipandang sangat penting untuk menyetukan presepsi, pandangan dan cita-cita,
serta harapan semua pihak yang terlibat didalamnya. Keberhasilan dan reputasi
sebuah lembaga pendidikan bergantung pada sejauh mana visi dan misi yang diembannya dapat dipenuhi. Oleh
karena itu, setiap lembaga pendidikan diperlukan rumusan visi dan misi untuk
mencapai tujuan dan cita-citanya, baik dalam jangka panjang maupun jangka
pendek.
5. VISI PONDOK PESANTREN DARUL
UBUDIYYAH
Terwujudnya
seorang ulama’ intelektual yang arif dengan zamannya. Hal ini dapat dijabarkan
kedalam beberapa gagasan yaitu:
a.
Menjadi pusat pemantapan aqidah, pendalaman spiritual, dan pembentukan
akhlaqul Karimah.
b.
Menjadi Pusat Pengembangan Kajian keagamaan (tafaqquh fi al-diin) dengan
tetap memelihara kelestarian khazanah kitab kuning (al-kutub al-qodimah)
c.
Menjadi pusat pengembangan Ilmu Pengetahuan , teknologi, keterampilan dan
kesenian yang bermanfaat bagi masyarakat agar tercipta kehidupan yang damai dan
sejahtera dalam kerangka Baldatun Thoyyibah wa rabbun ghafur.
d.
Menjadi benteng tradisi (pusat pelestarian) ajaran Ahl Al-sunnah wa
al-jama`ah. Melalui pendidikan dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan
sehari-hari.
e.
Menjadi pusat da`wah Islam dan
pemberdayaan (advokasi, pelayanan, dan pengembangan ) masyarakat.
6. MISI PONDOK PESANTREN DARUL
UBUDIYYAH
Adapun misinya adalah mewujudkan manusia yang istiqomah dalam berpikir,
berdzikir, beramal sholeh dan mempunyai kemandirian yang dijabarkan dalam poin
sebagai berikut:
a.
Membina dan membimbing santri dalam pemantapan aqidah, kedalaman spiritual,
dan akhlakul karimah.
b.
Mendidik dan Memotifasi santri untuk memiliki keahlian dalam
pemikiran,pengamalan, dan kemasyarakatan (adab al-din wa al-dunya)
c.
Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi menuju terciptanya santri yang
berwawasan luas, memiliki kreativitas yang tinggi, keterampilan, dan kesenian
yang islami melalui pengkajian, penelitian ilmiyah, pelatihan ketrampilan dan
kesenian, bersikap mandiri, tanggap, serta
peduli terhadap lingkungan sosial.
d.
Memberikan keteladanan dalam kehidupan atas dasar nilai-nilai Islam Ahlu
sunnah wa al-jama`ah dan budaya luhur bangsa Indonesia.
e.
Mendidik dan melatih santri agar
dapat membimbing serta mengembangkan ilmunya dimasyarakat secara mantap.
BAB III
KONDISI OBYEKTIF
1. PENDIDIKAN YANG DIKELOLA
Unit lembaga pendidikan Pondok
Pesantren Darul Ubudiyyah yang dikelola saat ini terdiri:
a.
Madrasah Diniyyah ( dari jenjang Roudlotul Athfal - Ula).
b.
Taman Pendidikan Al-Qur`an (TPQ)
c.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
d.
Taman kanank-Kanak (TK) Darul Ubudiyyah
e.
Madrasah ibtida`iyyah (MI) Darul Ubudiyyah (dirintis tahun 2012).
2. KETENAGAAN
Rekrutmen ketenagaan selalu mempertimbangkan faktor rasio
perbandingan, kemampuan, kelayakan dan profesionalitas. Secara rinci, keadaan
ketenangan yang ada dilingkungan PP-DU, sebagai berikut :
KEADAAN GURU/TUTOR DAN KARYAWAN
YAYASAN AL-HARISIYAH AN-NABILA PONDOK
PESANTREN DARUL UBUDIYYAH
TERONGBANGI CERME GRESIK
NO
|
Unit pendidikan
|
Jumlah Guru
|
Jumlah Karyawan
|
Jumlah Total
|
1
|
PAUD
Darul Ubudiyyah
|
1 Orang
|
1 Orang
|
2 Orang
|
|
TK Darul
Ubudiyyah
|
2 Orang
|
1 Orang
|
3 Orang
|
2
|
MI
Darul Ubudiyyah
|
8 Orang
|
2 Orang
|
10 Orang
|
3
|
Madrasah
Diniyah ( MD )
|
6 Orang
|
1 Orang
|
7 Orang
|
4
|
TPQ
Darul Ubudiyyah
|
3 Orang
|
1 Orang
|
4 Orang
|
5
|
Pengajian
kitab kuning ( PKK )
|
4 Orang
|
-
|
4 Orang
|
6
|
Kursus
Komputer ( KK )
|
2 Orang
|
1 Orang
|
3 Orang
|
7
|
Kesenian
Albanjari ( KA )
|
2 Orang
|
-
|
2 Orang
|
|
Jumlah
total
|
27 Orang
|
7 Orang
|
35 Orang
|
DATA KUALITAS TENAGA PENGAJAR
NO
|
UNIT
|
KUALIFIKASI PENDIDIKAN TERAKHIR
|
JML
|
||||||||
PP
|
SLTP
|
SLTA
|
D1
|
D2
|
D3
|
S1
|
S2
|
S3
|
|||
1.
|
PAUD
|
|
|
|
|
|
|
1
|
|
|
1
|
2.
|
TK
|
|
|
|
|
|
|
3
|
|
|
3
|
3.
|
MI
|
|
|
|
1
|
|
|
7
|
|
|
7
|
4.
|
MADIN
|
3
|
|
|
1
|
|
|
2
|
|
|
6
|
5.
|
TPQ
|
|
|
|
|
|
|
3
|
|
|
3
|
6.
|
PKK
|
4
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
7.
|
KK
|
|
|
|
|
|
|
2
|
|
|
2
|
8.
|
KA
|
|
|
1
|
|
|
|
1
|
|
|
2
|
JUMLAH
|
7
|
|
1
|
2
|
|
|
19
|
|
|
29
|
DATA KUALIFIKASI TENAGA
ADMINISTRASI
NO
|
UNIT
|
KUALIFIKASI PENDIDIKAN TERAKHIR
|
JML
|
||||||||
PP
|
SLTP
|
SLTA
|
D1
|
D2
|
D3
|
S1
|
S2
|
S3
|
|||
1.
|
PAUD
|
|
|
1
|
|
|
|
|
|
|
1
|
2.
|
TK
|
|
|
|
|
|
|
1
|
|
|
1
|
3.
|
MI
|
|
|
1
|
|
|
|
1
|
|
|
2
|
4.
|
MADIN
|
1
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
5.
|
TPQ
|
|
|
|
|
|
|
1
|
|
|
1
|
JUMLAH
|
1
|
|
2
|
|
|
|
3
|
|
|
6
|
- SANTRI/SISWA
Santri dan siswa pondok pesantren Darul Ubudiyyah dikelompokkan
menjadi 2 kategori : yaitu Santri Muqim dan Santri Kalong. Santri Muqim adalah
siswa yang tinggal diasrama pondok
pesantren. Santri ini dapat mengikuti kegiatan pondok pesantren secara lebih intens dan kontinyu dan
sekaligus dapat berinteraksi sesama santri untuk belajar hidup secara kolektif.
Sedangkan santri kalong adalah siswa yang tinggal diluar asrama pondok
pesantren atau tinggal dirumah orang tuanya dikampung masing-masing. Mereka
datang ke pesantren hanya mengikuti kegiatan pendidikan formal pada siang hari.
Santri yang demikian ini tidak dapat dibina secara intensif sesuai dengan ciri
dan watak kehidupan dilingkungan pondok pesantren.
Sedangkan keadaan santri pondok
pesantren Darul Ubudiyyah adalah sebagai berikut:
KEADAAN
SANTRI/SISWA
YAYASAN AL-HARISIYAH AN-NABILA PONDOK
PESANTREN DARUL UBUDIYYAH
TERONGBANGI CERME GRESIK
NO
|
UNIT PENDIDIKAN FORMAL/NON FORMAL
|
SISWA
PUTRA
|
SISWA
PUTRI
|
JUMLAH
|
1.
|
PAUD Darul
Ubudiyyah
|
2
|
12
|
14
|
2.
|
TK Darul Ubudiyyah
|
5
|
15
|
20
|
3.
|
MI Darul Ubudiyyah
|
6
|
14
|
20
|
4.
|
TPQ Darul
Ubudiyyah
|
23
|
30
|
53
|
5.
|
MADIN Darul
Ubudiyyah
|
17
|
25
|
43
|
|
Jumlah Total
|
43
|
86
|
129
|
- KURIKULUM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN DARUL UBUDIYYAH
Kurikulum yang dikembangkan dilingkungan
pondok pesantren Darul Ubudiyyah, khususnya untuk pendidikan formal mengacu
kepada kurikulum nasional dengan berbagai pengembangan sesuai dengan ciri dan
identitas pesantren Darul Ubudiyyah. Sedangkan untuk kurikulum Madrasah Diniyah
dan pengajian kitab kuning ala pesantren sepenuhnya menggunakan kurikulum yang
disusun sendiri.
Secara lebih rinci model kurikulum di
pondok pesantren Darul Ubudiyyah adalah 1. Untuk mata pelajaran umum sepenuhnya
mengacu standart Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang ditentukan oleh Departemen Pendidikan Nasional. 2.
Untuk kurikulum pendidikan agama mengacu
pada standart yang ditetapkan Departemen agama yang ditambah dengan pelajaran
lokal atau pendidikan ekstra kurikuler yang disesuaikan dengan kebutuhan saat
ini. Dan untuk madrasah diniyyah pondok pesantren Daruttaqwa menyusun kurikulum
sendiri yang terdiri dari pengajian kitab kuning , baik bidang aqidah, nahwu
shorof, fiqih, tafsir, tharikat, dan sebagainya.
- MANAJEMEN PONDOK PESANTREN DARUL UBUDIYYAH
1. KEUANGAN
Model
manajemen keuangan yang diterapkan di Yayasan Al-Harisiyah An-Nabila Pondok
Pesantren Darul Ubudiyyah adalah Manajemen keuangan terpusat (sentralisasi),
model ini secara operasional
mengharuskan setiap lembaga
pendidikan maupun unit-unit usaha yang ada dilingkungan pondok pesantren Darul Ubudiyyah mengajukan RAPBM setiap tahun untuk memenuhi
kebutuhan operasionalnya, yang akan mendapatkan persetujuannya dari pihak
pengurus dan pemangku. Pola ini juga menerapkan pengelolaan keuangan dan
pertanggung jawaban masing-masing unit kepada pengurus pondok pesantren Darul
Ubudiyyah.
Adapun
sumber dana yang ada dilingkungan Pondok Pesantren Darul Ubudiyyah adalah
sebagai berikut:
1.
SPP
2.
Heregistrasi
3.
Uang Ujian
4.
Donatur Tetap
5.
Sumbangan yang tidak mengikat, baik
dari instansi pemerintah maupun instansi swasta.
2. STRUKTUR ORGANISASI
Susunan Struktur Personalia Kepengurusan Pondok Pesantren Darul Ubudiyyah Terongbangi
Cerme Gresik 2013. Adalah sebagai berikut :
Pemangku Pondok :
Ust. Muhammad Haris, S.Pd.I
Kepala Pondok :
Mansur, S.Pd.I
SekBen :
Umi Roihanah,S.Pd.I
Seksi Pendidikan :
Pujiono, S.Pd.I
Maisaroh, S.Ag.
Seksi Keamanan :
Abd. Kamid
Mantrim
Seksi Kegiatan :
Ust. Jasuki
Zamrudin Ashari
Seksi Humas : Nizar, SH.
Lukman
Seksi Pembangunan : Umar Burhan, SE.
Masruhah, S.Pd.I
Seksi Kesehatan :
Siti Zulaikha, Amd. Keb.
Seksi Listrik dan Pengairan :
Sumarsono
Warto
SUSUNAN KEPANITIAAN PEMBANGUNAN
PONDOK PESANTREN DARUL UBUDIYYAH GRESIK
TAHUN 2013
Pelindung : Camat Cerme
Kepala Desa Kandangan
Kepala Dusun Terongbangi
Penasehat : Ust. Muhammad Haris, S.Pd.I
Ketua Pelaksana :
Sumarsono
Wakil Ketua : Mansur, S.Pd.I
Sek.Bend. : Umi Roihanah, S.Pd.I
Anggota :
Umar Burhan, SE.
Ahmad Nizar, SH.
Abd. Kamid
Agus Harianto
Jaisman
Panitia Pelaksana
SUMARSONO
I. PENUTUP
Demikian Proposal Pembangunan Pondok
Pesantren Darul Ubudiyyah Terongbangi Cerme Gresik Jawa Timur, mudah-mudahan gambaran singkat ini dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam menentukan kebijakan semua pihak. Dan semua pihak yang
merespon dengan positif rencana baik tersebut, akan selalu dalam lindungan dan
ridlo Allah SWT. Amin Ya Robbal `Alamiiin.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1.
AKTA NOTARIS YAYASAN
2.
IJIN OPERASIONAL PONDOK
3.
SURAT TANAH
4.
REKENING BANK JATIM
5.
DENAH & LAY OUT PLAN
BAB IV
REKAPITULASI RENCANA ANGGARAN BIAYA
Kegiatan :
Bantuan Pembangunan Ponpes Darul Ubudiyyah
Pekerjaan :
Pembangunan Asrama Ponpes Darul Ubudiyyah
Lokasi : Dusun
Terongbangi Kandangan Cerme Gresik
Tahun : 2013
NO
|
URAIAN
|
JUMLAH (RP)
|
I
|
PEK. PERSIAPAN
|
7,500,000.00
|
II
|
PEKERJAAN TANAH DAN PONDASI
|
86,015,005.40
|
III.
|
PEKERJAAN DINDING DAN PLESTERAN
|
231,702,979.26
|
IV.
|
PEKERJAAN LANTAI
|
143,690,620.00
|
V.
|
PEKERJAAN BETON
|
511,041,644.75
|
VI.
|
PEKERJAAN ATAP
|
148,992,880.00
|
VII.
|
PEKERJAAN PLAFOND
|
67,377,856.80
|
VIII.
|
PEK. KUSEN, DAUN PINTU DAN JENDELA
|
60,104,514.00
|
IX.
|
PEKERJAAN BESI PENGGANTUNG DAN KUNCI
|
13,565,000.00
|
X.
|
PEKERJAAN CAT
|
62,368,813.16
|
XI.
|
PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK
|
8,883,000.00
|
XII.
|
PEKERJAAN SANITASI
|
68,838,185.00
|
XIII.
|
PEKERJAAN PAGAR BESI & GRIL (HOLLOW)
|
13,125,000.00
|
TOTAL
|
1,423,205,498.37
1,423,205,000,00
|
|
DIBULATKAN
|
|
|
TERBILANG : Satu
Milyar Empat Ratus Dua Puluh Tiga Juta Dua Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah
|
||
|
Langganan:
Postingan (Atom)